Senin, 08 Mei 2017

Mengubur Mayat dalam Tanah, Apakah Penghinaan Atau Penghormatan bagi Manusia ?





SETIAP manusia yang hidup pasti akan merasakan mati. Entah itu cepat atau pun lambat, kita pasti akan berubah menjadi mayat. Tentunya kita akan merasakan dikubur di dalam tanah. Nah, apakah mengubur mayat dalam tanah itu merupakan penghinaan bagi manusia?

Tentu saja tidak. Justru mayat dikubur di dalam tanah adalah kehormatan bagi manusia. Manusia diciptakan oleh Allah berasal dari tanah. Tanah adalah ibunya. Mayat, bila dikubur di tanah tidak lagi mengeluarkan bau busuk. Berbeda jika disimpan di tempat yang lain.

Tidak ada seorang pun yang akan betah, jika berlama-lama tinggal bersama mayat, walau pun itu keluarga, anak atau pun suaminya. Tidak ada yang karena alasan sayang, lalu menempatkan mayat di sebelah tempat tidurnya. Orang yang paling sayang, malah menutup dalam tanah, dikembalikan ke tanah untuk dirangkul dan diisap tubuhnya oleh ibunya, yaitu bumi (tanah).

Unsur-unsur dari tubuh mayat dimanfaatkan oleh tanah untuk kepentingan lain. Nanti, pada saatnya, ia akan dibangkitkan kembali dari tempat (tanah) itu. Jadi, wajar kalau manusia berasal dari tanah dikembalikan ke tanah.

Allah SWT berfirman, “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,” (QS. Thaha: 55).



Tanda orang hidup ialah bergerak. Kalau mati, tentu saja ia tidak bisa bergerak, kecuali digerakkan. Jika orang mati didiamkan terus, akan menjadi bangkai, bau busuk, berubah bentuk dan menakutkan. Allah SWT menginginkan agar keburukan mayat ditutupi, supaya tetap terhormat. Ini salah satu arti dari menghormati mayat.

Contoh dalam al-Quran tentang penguburan di tanah dari kisah Qabil membunuh saudaranya Habil.
Allah SWT berfirman, “Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, ‘Aduhai celakalah aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’” (QS. Al-Maidah: 30-31).

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar