![]() |
MUSLIM HARUS BACA! Menag: Resolusi Jihad Bukan Semata Soal Agama, Tapi Cinta Tanah Air |
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, bahwa
resolusi jihad yang dikeluarkan Hadratusyaikh KH Hasyim Asyari tidak semata
didasari persoalan agama, tetapi juga kecintaan terhadap Tanah Air.
Baca Juga : KISAH HIKMAH! Kristiane Backer Merasa Tenang Berkat Ayat Suci Alquran, Baca dan SEBARKAN!
Hal ini disampaikan oleh Menag saat menjadi salah satu
narasumber pada Seminar Nasional Pemikiran Hadratusyaikh KH M Hasyim Asyari di
gedung Nusantara V komplek DPR/MPR RI Senayan Jakarta, Sabtu (6/5). Seminar
yang dihelat Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asyari Tebuireng ini mengangkat tema
Keislaman dan Keindonesiaan Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan Hadratusyaikh
KH M Hasyim Asyari.
Selain Menag, tampir sebagai narasumber Mustasyar PBNU KH.
Tolhah Hasan, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Din Syamsudin,
Menkopolhukkam Wiranto, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, dan Pengasuh Pesantren
Tebuireng KH. Solahudin Wahid. Seminar diikuti alumni Pesantren Tebuireng yang
tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE)
Jabodetabek dan perwakilan utusan Ikapete dari propinsi se-Indonesia.
Menurut Lukman, ada dua hal yang mendasari dikeluarkannya
Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Pertama, Hadratusyaikh memandang
kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan. Kata dia, pandangan ini terkait
kenyataan dan kesadaran bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang mendasar dalam
pongamalan nilai keagamaan. "Orang harus merdeka dan kemerdekaan yang
sudah diraih harus dipertahankan," ujarnya.
Kedua, Hadratusyaikh memahami Indonesia yang diproklamasikan
pada 17 Agustus 1945 adalah pemerintahan yang sah karenanya harus dijaga.
"Lagi lagi pemahamannya tidak hanya terkait agama, tapi juga pemerintahan.
Beliau mengkaitkan bahwa nilai keagamaan hanya bisa diamalkan dengan baik pada
wilayah yang damai dan didalamnya ada pemerintah yang sah," ucapnya.
Akan hal ini, Lukman menilai, KH Hasyim Asyari sebagai sosok
yang memiliki wawasan yang sangat luas, tidak hanya yang terkait dengan wawasan
keislaman tapi juga wawasan keindonesiaan. Hal itu, menurutnya, tidak terlepas
dari perjalanan intelektualnya di beberapa pesantren di Indonesia hingga
berguru dengan para ulama Indonesia dan Timur Tengah di Makkah Al Mukarramah.
Menurut Lukman, KH Hasyim Asyari belajar banyak disiplin
ilmu, mulai dari fiqih, ushul fiqh, hadis, tafsir-ilmu tafsir dan lainnya yang
memperkaya khazanah dan keragaman pandangan. "Jadi wawasan keislaman
Hadratusyaikh sangat kaya dan itulah yang berpengaruh ketika beliau pulang lalu
memahami realitas Indonesia yang sangat beragam," ujarnya.
Pandangan KH Hasyim Asyari ini tercermin dalam nilai aswaja
Nahdlatul Ulama (NU) yang moderat. Teologinya merujuk pada
Asyariyah-Maturidiyah yang pahamnya moderat. Fiqihnya salah satu dari empat
madzhab yang memuat keragaman dan kekayaan pandangan dalam menghukumi berbagai
soal kemasyarakatan.
Baca Juga : Di Mana Letak 12 Mata Air Musa? Wajib Dibaca! SEBARKAN!
"Tasawufnya, selain Imam Junaid al-Baghdadi juga Imam
Al Ghazali yang kalau kita dalami adalah representasi dari moderasi,"
ujarnya.
Menag juga menilai KH Hasyim Asyari sebagai sosok yang
memiliki cara pandang untuk menjadikan budaya tidak hanya sebagai wadah tapi
juga infrastruktur tempat nilai Islam bisa diterapkan. Untuk itu, budaya tidak
sekedar dijaga, tapi juga diisi dengan nilai-nilai Islam.
"Budaya kita yang sangat beragam ini harus dimaknai
sebagai kekayaan dan pada budaya itulah nilai Islam bisa dihadirkan,"
tuturnya.
Sumber : kemenag.go.id / republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar