Tampilkan postingan dengan label Mualaf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mualaf. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Mei 2017

Bandingkan 'Ya Ayyuhal Ladzina Amanu' Vs 'Wahai Anak Domba', Pastor Ini Akhirnya Masuk Islam




Pastur Cerdas Lulusan S2 VATIKAN Ungkap Alasan Masuk Islam | Ustadz Bangun Samudra


  Yes  Muslim  - Dari kecil ia belajar di sekolah Katolik. Mulai TK Katolik Kristus Raja, SD Katolik Santo Yohanes Gabriel, SMP Katolik Santo Stanilslaus, SMA Katolik Santa Maria, Sekolah Pastor Tingkat Menengah Santo Vincentius a Paulo, Sekolah Tinggi Pastor Katolik Santo Giovanni, hingga akhirnya lulus dengan predikat cumlaude ketika menempuh program Magister Teologi Vatikan Roma.

Bandingkan 'Ya Ayyuhal Ladzina Amanu' Vs 'Wahai Anak Domba', Pastor Ini Akhirnya Masuk Islam
Ustadz Bangun Samudra
Namun siapa sangka, setelah 35 tahun menempuh pendidikan Katolik dan menjadi seorang pastor, hidayah justru menerangi hatinya.

Ustadz Bangun Samudra, demikian namanya setelah memeluk Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari dan membandingkan antara Al Qur’an dan Alkitab. Antara Islam dan agamanya. Antara aqidah Islamiyah dengan keyakinan agamanya yang dulu.

Salah satu yang menarik dan membuatnya berpikir mendalam adalah ketika mempelajari Al Qur’an.

Awalnya ia hendak mempelajari Al Qur’an untuk menentang dan menolaknya. Namun justru ia malah terkesima ketika mendapati di dalam Al Qur’an banyak panggilan mulia dari Allah untuk hambaNya.

Di surat An Nisa’ ayat 1 ada “Yaa ayyuhan naas” (wahai manusia). Di surat Al Baqarah juga ada “yaa ayyuhan naas”

Yang lebih dalam lagi, dalam sekian banyak ayat Al Qur’an mendahului dengan panggilan “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu” (wahai orang-orang yang beriman).

“Panggilan-panggilan ini begitu memuliakan. Kita dipanggil sebagai manusia, bahkan kita dipanggil sebagai orang-orang yang beriman,” ungkap Bangun Samudra.

Ia lalu membandingkannya dengan kitabnya yang menyebut “Wahai anak-anak domba.”

“Mengapa Tuhan kami memanggil kami sebagai anak domba yang dalam bahasa Jawa berarti wedhus? Benarkah ini panggilan dari Tuhan”

Panggilan dari kedua kitab itu adalah salah satu di antara sekian banyak hal yang menjadi dasar pemikiran mengapa ia akhirnya masuk Islam. Dengan kedalaman ilmu yang ia dapatkan sejak kecil hingga di Vatikan, Bangun Samudra akhirnya mengetahui bahwa Islam-lah yang benar. Al Qur’an-lah kitab suci yang benar-benar datang dari Tuhan tanpa diselewengkan atau dipalsukan manusia.


Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !

Kamis, 04 Mei 2017

Kisah Ilmuwan Besar Perancis Peluk Islam Usai Bedah Mumi Firaun

Maurice bertambah terkejut dan terus bertanya-tanya, dari mana Alquran mendapatkan data, sementara mumi tidak ditemukan sampai 1898.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDN1_8zWs-mAdpJnGZ5QtQtxUIqCkF83tCuUa2KyYj-tOrdlcn7KzvrnVnGnGp-AgY7oDoaMRsmqZrDefHsb2u8Ttp1Awvs72fd4u0FCUxgDY8pk1cOj-j2RhLKoZe2C6PUCaiplz1uKw/s1600/maurice-bucaille-772097.jpg


Dream - Maurice Bucaille lahir di Perancis. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas, ia belajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Prancis. Kemudian menjadi dokter bedah terkenal dan terpintar yang pernah dimiliki Perancis modern. Namun, cerita keislamannya mampu mengubah hidup dia.

Perancis terkenal sebagai negara yang tertarik dengan arkeologi dan budaya. Di akhir 80an, Perancis meminta Mesir untuk mengirimkan mumi Firaun untuk dilakukan serangkaian eksperimen dan penelitian.

Akhirnya mumi penguasa Mesir terkenal tersebut akhirnya tiba di Perancis. Mumi itu kemudian dipindahkan ke ruangan khusus di Monument Center. Para arkeolog, ahli bedah dan ahli anatomi mulai melakukan studi tentang mumi ini dalam upaya untuk menyelidiki misteri Firaun.

Dokter bedah senior dan ilmuwan yang bertanggung jawab atas studi tentang mumi Firaun adalah Profesor Maurice Bucaille. Sementara proses restorasi mumi berjalan, Maurice Bucaille sibuk dengan pikirannya. Dia mencoba untuk menemukan bagaimana Firaun ini meninggal.

Saat larut malam, ia menemukan penyebabnya. Sisa-sisa garam yang terjebak dalam tubuh mumi itu adalah bukti bahwa ia meninggal karena tenggelam dan mayatnya segera diangkat dari laut.

Terlihat jelas juga bahwa para pendeta Mesir kuno buru-buru mengawetkan tubuh Firaun tersebut. Tapi Maurice bingung dengan sebuah pertanyaan, bagaimana tubuh ini--dengan mengesampingkan tubuh mumi lainnya dari Mesir kuno-- tetap utuh hingga sekarang meskipun tubuhnya pernah tenggelam di laut. 

Maurice sibuk memikirkan hal tersebut ketika seorang koleganya mengatakan tidak usah terlalu dipikirkan karena dalam Islam disebutkan bahwa Firaun ini memang tenggelam.

Pada awalnya, dia sangat tidak yakin dan menolak pernyataan tersebut. Dia mengatakan penemuan seperti itu hanya bisa diketahui melalui peralatan komputer canggih dan modern.

Maurice bertambah tercengang setelah koleganya yang lain mengatakan bahwa Alquran, kitab suci yang dipercaya muslim, menceritakan kisah tenggelamnya Firaun dan mengatakan tubuh tersebut akan tetap utuh meskipun ia telah tenggelam.

Maurice bertambah terkejut dan terus bertanya-tanya, dari mana kitab suci umat Islam ini mendapatkan data, sementara mumi tidak ditemukan sampai 1898. Selain itu Alquran juga baru diturunkan kepada umat Islam selama lebih dari 1400 tahun setelah peristiwa tenggelamnya Firaun. Mengingat juga sampai beberapa dekade lalu seluruh umat manusia termasuk muslim tidak tahu bahwa orang Mesir kuno mengawetkan firaun mereka?

Maurice Bucaille terjaga sepanjang malam menatap tubuh Firaun, berpikir mendalam soal kitab Alquran yang secara eksplisit mengatakan bahwa tubuh ini akan utuh setelah tenggelam.

"Bisakah dipercaya nabi Muhammad SAW tahu tentang ini lebih dari 1.000 tahun yang lalu ketika saya baru saja mengetahu hal itu?" pikir Maurice.

Pikiran Maurice malam itu dipenuhi berbagai pertanyaan dan keheranan tentang kitab suci umat Islam. Mumi tersebut akhirnya dikembalikan ke Mesir.

Jatuh Cinta dengan Alquran

Tapi, karena ia sudah tahu tentang kisah Firaun versi muslim, ia segera berkemas dan melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Kebetulan saat itu di Arab Saudi diadakan konferensi medis yang dihadiri banyak ahli anatomi muslim.

Di sana, Maurice memberitahu mereka tentang penemuannya, yaitu bahwa tubuh Firaun itu tetap utuh bahkan setelah ia tenggelam. Salah satu peserta konferensi membuka Alquran dan membacakan surat Yunus ayat 92 yang menceritakan kisah bagaimana tubuh Firaun diangkat dari dasar laut dan atas izin Allah, tubuh itu akan utuh agar menjadi bahan renungan bagi orang-orang yang berpikir sesudahnya.

Dalam kegembiraannya setelah dibacakan ayat tersebut, Maurice berdiri di hadapan para peserta konferensi berkata, 'Aku telah masuk Islam dan percaya pada Alquran ini'.

Saat kembali ke Perancis, Maurice Bucaille menghabiskan 10 tahun melakukan studi tentang kesesuaian fakta-fakta ilmiah saat ini dengan yang disebutkan dalam Alquran. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa Alquran tidak pernah bertentangan dengan satupun fakta ilmiah.
Dia kemudian menulis buku tentang Alquran yang menghebohkan seluruh negara-negara Barat, dengan judul, "The Bible, The Qur’an and Science, The Holy Scriptures Examined In The Light Of Modern Knowledge."

Buku tersebut sangat laris dan bahkan ratusan ribu eksemplar telah diterjemahkan dari bahasa Perancis ke bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Persia, Turki dan Jerman. Bahkan tersebar ke hampir semua toko buku di seluruh dunia.

"Sisi ilmiah dari Alquran telah mengejutkan saya sejak awal, karena pikiran saya belum pernah melihat begitu banyak kajian ilmu pengetahuan yang disuguhkan secara akurat. Itu semacam cermin bagi ilmu pengetahuan yang sudah ditulis dalam buku-buku ilmiah selama ini padahal ilmu tersebut sudah ada lebih dari 13 abad yang lalu," sepenggal catatan kata pengantar Maurice dalam bukunya.
(Sumber: Onislam.net)

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kisah Manuel, Katholik dari Lahir, Lalu Kristen Hingga Akhirnya Menjadi Muslim




 Yes  Muslim  - Kisah-kisah tentang hijrahnya umat dari agama lain menjadi muslim memang begitu luar biasa. Bagaimana bisa mereka yang berangkat dari agama lain hingga benar-benar menjadi muslim yang taat dalam begitu paham ilmu islam.


Padahal banyak umat islam saat ini yang masih kurang mendapatkan ilmu agama secara benar-benar mendalam. Seperti kisah Ibrahim Gomez berikut ini yang layak menjadi pelajaran buat kita semua.

Kurang-lebih setahun setelah Subcomandante Marcos membacakan Deklarasi Pertama dan Hukum Revolusioner di hutan Lacandon, Negara Bagian Chiapas, Meksiko, Mohammed Nafia terbang dari Granada, Spanyol, dan menginjakkan kaki pertama kali di Negeri Sombrero.

“Mereka ingin mengambil tanah kita, sehingga tak ada lagi tempat berpijak untuk kaki kita. Mereka ingin mengambil alih sejarah kita, sehingga dunia akan melupakan kita. Mereka menginginkan kita semua mati,” kata Subcomandante Marcos kepada anak buahnya. Selama beberapa bulan, Nafia alias Aureliano Lopez Yruela mengklaim, menunggu Marcos, pemimpin kelompok gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista, keluar dari belantara hutan Lacandon. Lewat perantara, Nafia juga melayangkan surat kepada Sang Comandante.

“Kami dari Gerakan Murabitun Dunia mengundang Anda untuk duduk bersama perwakilan dari Chechnya, Kashmir, Baque, dan negara lain yang ada di garda depan perjuangan melawan tirani,” Nafia menulis, dikutip IBTimes. Tapi Marcos, pemimpin perlawanan rakyat Chiapas, tak pernah muncul dan tak pernah menanggapi surat Nafia.

Gerakan Murabitun didirikan oleh Abdul Qadir as-Sufi, muslim asal Skotlandia, pemimpin tarekat Darqawi-Shadhili-Qadiri. Sebelum memeluk Islam, Abdul Qadir bernama Ian Dallas.

Nafia gagal membujuk Marcos bekerja sama, tapi dia sukses dalam urusan lain. Mulai hari itu, Islam masuk ke jantung kelompok Zapatista. Saat ini diperkirakan ada lebih dari 500 muslim dari suku Maya Tzotzil, salah satu pendukung utama kelompok perlawanan Zapatista.

Sejak masih remaja, Anatasio Gomez bergabung dengan Zapatista dan ikut masuk ke belantara hutan Lacandon. Pada 1996, oleh ayahnya, Manuel Gomez, Anatasio diminta datang ke ceramah Nafia. Tak lama setelah datang ke acara Murabitun, Anastasio mengucapkan syahadat, ”Tak ada Tuhan selain Allah, bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Sekarang Anatasio telah bersalin nama menjadi Ibrahim. Bersama beberapa muslim dari suku Tzotzil, Ibrahim sudah menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu. Kepada Der Spiegel beberapa tahun lalu, dengan penuh gairah Ibrahim Gomez, 33 tahun, menuturkan pengalamannya selama di Tanah Suci.

“Dalam Islam, ras sama sekali tak jadi masalah,” kata Ibrahim. Tak peduli dia keturunan suku Tzeltal, Tzotzil, Ch’ol, Tojolabal, Zoque, atau keturunan Eropa, semua tak ada beda.

Di Chiapas, wilayah termiskin di Meksiko, suku-suku asli seperti Tzotzil memang justru tak jadi tuan di tanahnya sendiri. Mereka malah jadi warga “kelas dua” dalam segala hal. Kondisi itulah yang membuat suku-suku miskin ini ikut angkat senjata bersama Zapatista melawan pemerintah Meksiko.

Setelah menjadi mualaf, Ibrahim mengajak puluhan anggota keluarga dan kerabat dari suku Tzotzil memeluk Islam, termasuk kakeknya yang sudah berumur 100 tahun. “Selama bertahun-tahun, beliau terus berpindah dari satu agama ke agama lain…. Sekarang dia sudah menemukan kedamaian bersama Allah,” kata Ibrahim.

Di antara 5,2 juta warga Chiapas, pemeluk Islam memang hanya beberapa butir pasir di tengah lautan pasir. Lebih dari separuh warga Chiapas masih tetap dekat dengan Gereja Katolik, dan sebagian lagi bergabung dengan gereja-gereja Kristen Protestan, yang marak berkembang di Chiapas sejak 1970-an.

Sebelum memeluk Islam, sebagian besar anggota suku Maya Tzotzil juga pernah menjadi jemaah Gereja Katolik atau Kristen Protestan. Seperti Manuel Gomez, misalnya. “Aku lahir sebagai seorang Katolik, kemudian beralih ke Kristen Presbyterian, dan sekarang aku seorang muslim,” kata Manuel kepada Guardian.

Sekarang Manuel memperkenalkan diri sebagai Muhammad dan dia menunaikan salat lima kali sehari. Istrinya, Noura, dulu bernama Joana, mengenakan kerudung dipadukan dengan pakaian tradisional Tzotzil. “Tak ada masalah bagi kami meninggalkan sebagian tradisi para leluhur,” ujar Manuel. Sudah dua kali dia mendapat undangan dari Gerakan Murabitun untuk pergi ke Tanah Suci. Selama 64 tahun hidupnya, tak sekali pun Manuel melangkahkan kaki keluar dari Chiapas.

Pada mulanya, ajaran Islam, menurut Salvador Lopez, terasa asing bagi keyakinan mereka. Maklum saja, seumur-umur, tak ada seorang pun muslim yang dia dan teman-temannya kenal. Sebelum jadi mualaf, Salvador bekerja sebagai dukun penyembuh jika kampungnya disergap wabah.

“Pertama, anak perempuannya meninggal. Kemudian ibunya menyusul, diikuti anak laki-lakinya,” Salvador menuturkan kisahnya kepada Al-Jazeera.

Untuk mengusir penyakit, dia menggabungkan metode tradisional Maya dengan doa-doa. Setiap kali wabah datang, Salvador akan pergi ke gereja untuk berdoa bagi kesembuhan orang-orang di kampungnya, Chamula, di pinggiran Kota San Cristobal. “Tapi mereka semua mati…. Sepertinya doaku kurang mujarab.”

Dia sempat bergabung dengan kelompok perlawanan Zapatista dan beralih-alih agama.

Dalam agama, Salvador mencari jawaban dari rupa-rupa masalahnya, juga berharap mendapatkan kedamaian. “Pastor menyuruhku berhenti mabuk dan memberikan Kitab Injil. Tapi hatiku masih susah menerima,” kata Salvador.

Ketika Nafia datang ke Chiapas dan sebagian teman-temannya memeluk Islam, Salvador mulai belajar agama baru. Menurut Salvador, ada beberapa kemiripan tradisi Islam di Timur Tengah dengan kebiasaan suku Maya.

“Orang muslim makan bersama. Mereka menaruh makanan dalam piring besar di tengah-tengah dan semua orang makan dengan tangan telanjang. Kakekku dulu makan seperti itu,” kata Salvador.

Pengaruh budaya dari Barat membuat Salvador makan dengan sendok dan garpu. “Tapi sekarang aku kembali pada tradisi lama, makan bersama dalam satu piring besar.”

Hidupnya juga berubah. Salvador sekarang menjauhi minuman beralkohol dan berdagang di dekat masjid kecil di kampungnya. Keluarga jadi fokus hidupnya.

Sumber: Detikcom.

Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !

Rabu, 03 Mei 2017

ALLAHU AKBAR ! Selama 30 Tahun Mengkaji Banyak Agama, Akhirnya Biksu di Malaysia Ini Memeluk Islam


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihKkFX4us_VYeXax0ssh0lCl7UC8Nm7fT3XWHs0iUFEKtv8P4f8mu2a4XASlCTim2XwGm-YmHvpxZtk17mWA03kGGR5uWr91xnB3N6XeNXkbhdyscJGyDM9Vt2Q7awAIUgHHL8BPCEV46/s1600/biksu-malaysia-masuk-islam.png

HAMPIR 30 tahun mengkaji agama-agama yang ada, akhirnya seorang Biksu berusia 66 tahun mengambil keputusan memeluk Islam.

Pengalaman menjadi Biksu selama 28 tahun di Taiwan, mendorong Biksu ini mencari kebenaran dan akhirnya mengakui Islam merupakan satu agama yang indah dan sempurna.

Beberapa hari lalu seperti dilansir Sukan Star TV Malaysia,biksu tersebut mengucap syahadat di sebuah masjid China di Malaysia disaksikan Persiden Persatuan Muslim China Malaysia di Malaka, Lim Jooi Soon.
“Semasa menjadi biksu, dia banyak mengkaji beberapa agama di dunia. Selama itu, ia mengatakan hanya Islam yang ia temui sebagai agama paling lengkap dan meliputi segala aspek setiap kali berhujah,” tutur Jooi Soon.

Jooi Soon lebih lanjut mengatakan, “Tugas kita yang  utama adalah membimbingnya agar ia mengetahui ajaran Islam secara mendalam.”

“Pertama yakni membimbingnya dengan bahasa Mandarin, sebab ia tidak fasih berbahasa Melayu dan Inggris. Dan itu menuntut kesabaran kita,” tutupnya.

Proses tersebut turut dihadiri pula Datuk Yaakub Md Amin sebagai ketua DKM Masjid Malaka dan Datuk Dr. Mohadis Yasin yang merupakan Mufti Malaka.

Biksu tersebut dikabarkan berasal dari Johor, ia datang ke Malaka sejak tiga minggu lalu.
“Akhirnya ia berjumpa saya, sayapun menerangkan bagaimana logika, sains, dan hujah dapat dikaitkan dengan Sang Pencipta Alam ini,” kata Tan Sri Abdul Rahim Tamby Chick yang merupakan pengurus masjid Malaka.



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Subhanallah, Berawal dari Model Hijab, Wanita Cantik Asal Cilacap Ini Jadi Mualaf




  Yes  Muslim  - Setiap orang yang memutuskan mualaf memiliki kisah berbeda-beda hingga mereka yakin untuk memeluk Islam. Kali ini kisah datang dari hijabers muda, peserta audisi online Sunsilk Hijab Hunt 2017, Marcellina Elen Septianti. Hijabers dengan sapaan akrab Elen itu mengaku awalnya bukan Islam dari lahir tapi mualaf.

Elen memutuskan untuk mualaf sejak 2014 saat masih duduk di bangku kuliah. Setelah mualaf ia pun langsung menggunakan jilbab secara konsisten. Hijabers berusia 23 tahun ini memiliki perjalanan panjang hingga akhirnya memilih Islam sebagai agama yang diyakininya ketika dewasa.

Saat berbincang dengan Wolipop melalui telepon, Elen mengatakan dulu agamanya masih Kristen Katolik hingga masuk kuliah setelah mendapat beasiswa di Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 2012. Karena melalui program beasiswa, Elen diharuskan untuk tinggal di asrama selama satu tahun.

Hijabers asal Cilacap, Jawa Tengah, itu mengatakan kegiatan di asrama bermacam-macam mulai dari memasak hingga tutorial hijab. Sampai pada suatu saat, Elen diminta menjadi model tutorial hijab di depan teman-temannya. Meski beda agama bagi Elen jilbab hanya kain saja bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Namun ternyata hatinya seperti terketuk ketika memakai jilbab.

"Saya terima saja toh cuma sekadar pakaian. Tapi pas berhijab saya merasa kok lebih cantik ya? Kok ngerasa nyaman ya? Setelah akhirnya pindah kos itu teman-teman sering suruh pakai jilbab. Yasudah kok lama-lama keterusan, terus ada keinginan coba ya keluar kos paka jilbab cuma masih sembunyi-sembunyi takut teman-teman salam paham, tapi ternyata itu awal mula saya tertarik dengan Islam," cerita Elen kepada Wolipop, Selasa (2/5/2017).

Ketika kuliah berjalan masuk semester 2, Elen mengatakan ada pelajaran agama termasuk Kristen Katolik. Ia pun merasa ingin menjadi Katolik yang taat. Ia mengaku sering tanya-jawab dengan temannya yang seiman agar lebih taat ke depannya.

Selain mendalami Katolik, Elen juga tertarik belajar budaya Islam dan sering berbincang dengan temannya yang muslim. Ia senang melakukan dialog tentang agama. Hingga akhirnya Elen merasa ada ketertarikan lebih dalam tentang agama Islam.

"Titik baliknya ketika saya ingin lebih taat ke Katolik tapi juga ingin tahu tentang Islam. Ternyata saya juga sering salah tentang agama Islam. Awalnya saya pikir Tuhannya itu Muhammad tapi ternyata Allah yang tidak berwujud. Saya salah kaprah gitu. Padahal Muhammad itu Nabi, akhirnya saya semakin tertarik," tambah wanita yang mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar itu.

Semenjak itu, Elen jadi merasa bimbang dengan agamanya sendiri. Ia pun memutuskan untuk tidak beribadah selama kurang lebih satu tahun. Kebimbangan menyelimuti hijabers berparas manis ini. Bahkan hal tersebut diakui Elen sempat membuat keluarga merasa sedih karena ia tidak pergi ke gereja serta ikut merayakan Paskah.

Kemudian di 2014 ia meminta izin kepada sang ibunda untuk memeluk Islam. Awal minta izin tentu tidak diperbolehkan. Elen tidak menyerah dan terus minta izin hingga tepat pada 20 Juli 2014 ia memutuskan untuk menjadi mualaf. Ia merasa sudah benar-benar kepayahan karena selama setahun tidak memiliki 'keyakinan' padahal Elen sendiri sudah belajar bagaimana tata cara salat dan menghapal surat-surat pendek.

"Saya cuma tinggal dapat izin dari ibu saja, tepat 20 Juli 2014, itu satu minggu sebelum Lebaran, saya terakhir kali minta ibu untuk masuk Islam. Ibu itu mikirnya saya terpengaruh sama pacar karena saya kuliah jauh dan ibu nggak mengerti. Saya sampai bilang kalau menurut ibu saya pindah Islam karena pacar saya, saya akan putus sekarang. Terus waktu itu ibu sambil nangis bilang yasudah kalau itu keputusan kamu yang penting ditekuni, wajibnya lima waktu jangan dilanggar," lanjut Elen.

Akhirnya Elen memutuskan untuk menjadi mualaf di mushalla dekat rumahnya. Dibantu tetangga dan ustad di tempat tinggalnya, ia pun masuk Islam. Satu yang buat terharu sekaligus sedih menurut Elen setelah masuk Islam adalah ketika ia pulang ke rumah. Ia disambut suka cita oleh kedua adiknya namun tidak dengan sang ibunda.

"Waktu saya mau mualaf yang bantu itu tetangga dari mushalla dia yang panggil ustad dan ngumpulin warga agar mereka tahu. Pulangnya saya disambut sama dua adik saya, didoain sama mereka padahal mereka masih Katolik. Tapi saya sedih karena ibu saya tiga hari nggak mau ngomong sama saya. Saya puasa, buka sendiri, sahur sendiri, paling berat itu, dicuekin sama teman atau saudara bisa diatasi, tapi kalau sama ibu sendiri rasanya susah," tambahnya.

Meski ibunya sempat tidak memberikan restu namun saat ini sudah memberikan dukungan penuh. Bahkan sang ibunda diakui Elen sudah memeluk agama Islam sekarang walau belum satu tahun yang membuatnya semakin bahagia. [opinibangsa.id / dtk]


Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !