|
Penting! Puasa Sarana Menjaga Hati, Lisan, dan Akal, Baca Sampai Tuntas! |
Terdapat
tiga komponen penting pada diri manusia, yakni hati, akal, dan lisan. Tiga
komponen ini akan baik jika dirawat dengan baik. Sebaliknya, ketika tidak
dirawat, tentu akan menimbulkan malapetaka dan bencana, baik bagi diri maupun
orang lain. Karena itu, setiap manusia penting untuk menjaga ketiganya dari
penyakit berbahaya.
Penyakit
hati adalah menganggap rendah orang lain (takabbur), merasa dirinya adalah yang
terbaik ('ujub), riya, pelit (bakhil) hasud, dan lain sebagainya. Penyakit
lisan adalah berdusta, berkata kotor, menipu, mengejek, menghina, menggunjing,
bersilat lidah, bertengkar, berdebat secara berlebihan, dan lain sebagainya.
Sedangkan
penyakit kecerdasan akal adalah percaya diri berlebihan sehingga suka
meremehkan, kesombongan intelektual yang menghilangkan akhlaq al-karimah,
merasa superior dan berkualitas padahal lemah dan tidak mempunyai apa-apa, dan
lain sebagainya.
Setelah
bertaubat, obat ampuh untuk mengatasi penyakit hati, lisan, dan akal adalah
puasa dan Alquran. Untuk itu, datangnya bulan Ramadhan sudah semestinya menjadi
momentum untuk mensucikan diri dari segala penyakit.
Orang
beriman senantiasa merindukan datangnya Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami
pada bulan Ramadhan," demikian doa yang dipanjatkan. Puasa merupakan
ibadah intim seorang hamba kepada Sang Pencipta. Puasa juga merupakan ibadah
tertua dalam peradaban manusia, yakni sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad
SAW.
Tujuan inti
puasa adalah menggapai ketakwaan. Puasa menjadi sarana mensucikan hati dan jiwa
agar taat kepada perintah-Nya, sekaligus mengobati dan menjadi terapi kesehatan
manusia. Ramadhan merupakan bulan pendidikan rohani yang melatih keuletan,
kejujuran, kesabaran serta menjadi pakem menahan gejolak nafsu yang mendorong
hamba melakukan dosa dan kesalahan.
Imam
Abdurrahman al-Shafury dalam kitab 'Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab al-Nafais'
menjelaskan, kata Ramadhan terdiri dari 5 kata, yakni: ra (ridwanullah) berarti
keridhaan Allah, mim (maghfirah) berarti ampunan-Nya, dhad (dhimanullah)
berarti jaminan keamanan dari Allah SWT, alif (ulfah) berarti kelembutan, dan
nun (nawalullah) berarti pemberian dari Allah SWT.
Terdapat
banyak penjelasan dari Rasulullah Muhammad SAW terkait keutamaan bulan
Ramadhan. Salah satunya yang meriwayatkan bahwa Rasululah mengisi Ramadhan
dengan memperbanyak membaca Alquran, memahami dan merenungi kandungannya, serta
mengamalkannya.
Man qaraa
harfan min kitaabillah fa lahu bihi hasanatun, wal hasanatu biasyri
amtsaalihaa. Laa aquulu alif lam mim harfun, wa lakin alifun harfun, laamun
harfun, wa miimun harfun.
"Siapa
saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan dan
satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam
mim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu
satu huruf."
Dalam
riwayat lain, Rasulullah Muhammad Saw bersabda: Kullu amalibni Adam yudhaafu
asyrul hasanati ila dhifi sabimiati amtsaalihaa. Qaala Allahu Azza wa Jalla:
Illaa ash-Shauma, fa innahu liii wa Ana Ajzi bihi. Yadau syahwatahu wa thaamahu
min ajlii. Lis-shaaimi farhataani, farhatun inda fithrihi wa farhatun inda
fithrihi wa farhatun inda liqaai rabbihi. Wa lakhuluufu fiihi athyabu indallahi
min riihil miski.
"Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipat-gandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza wa Jalla
berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan ia telah meninggalkan
syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa
dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi
Allah dari pada bau minyak kasturi."
Terkait
anjuran untuk merenungkan kandungan Alquran, Rasulullah SAW bersabda: rubba
taalin lil quraani, wal quraanu yalanuhu."Banyak orang yang membaca
Alquran, tapi Alquran justru melaknatnya."
Sambut
Ramadhan, pesan hadits di atas seyogyanya direnungkan sebagai modal membangun
karakter (character building) dan merevolusi mental. Ramadhan menjadi momentum
mempraktikan nilai-nilai ideal dalam realitas kehidupan hingga tidak tercipta
kesenjangan.
Memahami
pentingnya kejujuran dengan tidak berbuat curang dan penipuan. Memahami
keadilan penguasa dengan tidak korup dan mengeksploitasi alam. Mendakwahkan
ayat-ayat Tuhan tanpa mencampurinya dengan syahwat politik kekuasaan.
Ketika
seseorang menghendaki hati, lisan dan kecerdasan akalnya memiliki pancaran
cahaya yang menyelamatkan, tentunya Alquran adalah pedoman dan pusaka yang
paling ampuh. Sedangkan untuk merawat kesucian hati, lisan, dan kecerdasan
akal, puasa adalah kunci utamanya.
Marhaban ya
Ramadhan. Wallahu a'lam
Faruq Hamdi
- Sekretaris Lembaga Bahstul Masail PWNU DKI Jakarta dan Staf Komisi Dakwah MUI
Pusat (Sumber: Republika)