Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Mei 2017

HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas!

HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas!


Pengurus Yayasan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (25/5) siang. Mereka datang ke PBNU untuk meminta klarifikasi terkait pernyataan Kiai Said bahwa Masjid Salman menjadi tempat radikal.


Ketua Pembina Masjid Salman ITB Suparno mengatakan, pertemuan tersebut merupakan ajang bersilaturrahmi sekaligus untuk menyampaikan terkait pernyataan Kiai Said yang viral tersebut. "Pertama memang kami bersilaturrahni dengan beliau. Lalu, Kami juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan viral di masyarakat akibat penyampaian beliau yang kemudian jadi viral itu bahwa menyatakan Salman itu sebagai tempat Radikalisme," ujarnya kepada Republika.co.id di Kantor PBNU, Kamis (25/5).

Menurut Suparno, pihaknya hanya ingin mengetahui apakah dari pihaknya telah luput dalam mengamati Masjid Salman, sehingga Kiai Said menyatakan bahwa Masjid Salman merupakan masjid radikal. Namun, kata dia, setelah pertemuan ternyata Kiai Said mengaku hanya khilaf dan akan mengunjungi Masjid Salman.

"Namun, rupanya beliau menyadari itu suatu kekhilafan. Jadi beliau sudah menyampaiakan secara terbuka permohonan maaf. Pada dasarnya sih bukan pada kami yang hadir, tapi pada semua khususnya intitusi Salman atas ucapan itu," ucap dosen Fisika ITB tersebut.

Setidaknya ada enam orang pengurus Masjid Salman yang datang ke PBNU. Mereka menjadi bagian dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Masjid Salman. Menurut Suparno, dalam melaksanakan kegiatan tersebut pihaknya merangkul semua golongan dan dalam pengajarannya ditekankan pada logika sebagai kelompok akademisi.

Ia pun membantah jika Masjid Salman merupakan masjid yang mengajarkan paham radikalisme. Justru, menurut dia, seyogyanya masjid mempunyai peran sebagai tempat untuk bersujud kepada Allah, sehingga menjadi simbol untuk pengabdian kepada Allah.

"Ya suatu radikalisme adalah sesuatu yang dipaksakan barangkali ya. Ya kami nggak setuju atau tidak menganut laham yang seperti itu. Bahwa sesuatu itu harus belajar natural atau alamiah yang fitrah-fitrahnya sudah ditetapkan oleh Allah," kata Suparno.


Seperti diketahui, pernyataan "masjid radikal" tersebut disampaikan Kiai Said dalam acara peluncuran Pusat Komando dan Kartu Pintar Nusantara di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/5). Hal ini diungkapkannya saat menjelaskan bahwa nilai-nilai radikal sudah menyebar ke sejumlah lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air. "Seperti di ITB, IPB, ITS dan lainnya. Terutama ITB lewat Masjid Salman," ujar Kiai Said.



Sumber : Republika

Rabu, 10 Mei 2017

Julius Germanus sang Orientalis Pembela Islam Sejati : Islam Angkat Derajat Manusia


Julius Germanus: Islam Angkat Derajat Manusia



  Yes  Muslim  -  Bila Allah telah berkehendak dan memberikan hidayah kepada seseorang, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Dan bila Allah tidak menghendakinya, seberapa pun baiknya akhlak orang itu, tetap saja ia tidak akan beriman.

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS al-Qashash [28]: 56).

Hal itu pula yang dialami oleh Julius Germanus, guru besar bahasa Arab asal Hungaria. Kendati intens mempelajari agama yang dianutnya terdahulu, atas hidayah Allah, ia pun akhirnya memeluk agama Islam dan menjadi pembelanya yang sejati.

Ia pun kemudian mengganti nama baptisnya dari Julius Germanus menjadi Abdul Karim Germanus. Awalnya, ia adalah seorang orientalis terkemuka asal Hungaria dan seorang akademisi yang telah mendunia. Perjalanan spiritual Germanus dalam mencari Islam menyita hampir separuh perjalanan hidupnya.

Dia  menggambarkan kisah keislamannya itu sebagai 'bangunnya sebuah kehidupan baru'. Dengan kata lain, ia bagaikan seekor singa yang telah lama tertidur dan kemudian bangkit.

Dalam buku Islam, Our Choice, diungkapkan awal perkenalan Germanus dengan Islam. Ia mulai mengenal Islam pada saat masih menjadi mahasiswa di Turki. Pria kelahiran Budapest, Hungaria, pada 1884 ini dibesarkan dalam nuansa agama Kristen yang sangat taat. Kedua orang tuanya memberikan nama Julius Germanus.

Setelah lulus dari Universitas Budapest, dia memutuskan untuk mengambil spesialisasi bahasa Turki. Pada 1903, dia pergi ke Istanbul untuk melanjutkan sekolah. Dia diterima di Universitas Istanbul dan mengambil program studi bahasa Turki.

Saat di Istanbul, Germanus juga mempelajari Alquran terjemahan bahasa Turki. Itulah awal perkenalannya dengan Islam. Dengan kemampuannya yang tinggi dalam membaca terjemahan Alquran berbahasa Turki, membuatnya mudah memahami Islam langsung dari sumber aslinya. Tak hanya itu, dia juga membandingkan terjemahan Alquran itu dalam beberapa bahasa lainnya.

Setelah mempelajari Alquran terjemahan ini, mulailah timbul rasa ketertarikan terhadap Islam. Termotivasi dengan kebenaran agama Islam, dia memutuskan untuk melakukan penelitian guna menelusuri apa saja yang telah ditulis oleh orang-orang Kristen tentang Islam dan membandingkannya dengan sumber aslinya, yaitu Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW.  

Saat liburan musim panas, Germanus berkesempatan mengunjungi Bosnia. Di sana ia menyaksikan secara langsung kehidupan kaum Muslimin yang sesungguhnya. Sikap ramah dan bersahabat yang ditunjukkan warga Muslim Bosnia kepadanya telah membukakan pandangan baru dalam diri Julius Germanus mengenai Islam dan para pemeluknya.

Selepas menamatkan pendidikan di Universitas Istanbul, Germanus kembali ke Hungaria dan mengabdikan diri di almamaternya sebagai dosen. Ia kerap berjumpa dengan beberapa mantan guru besarnya (profesor—Red) di Universitas Budapest dulu. Para profesornya ini sering menyampaikan pemikiran-pemikiran yang menurut Germanus menyimpang tentang Islam. Maka, dengan berbekal pengetahuannya tentang Islam yang seadanya, Julius Germanus berusaha untuk meluruskan pemikiran-pemikiran tersebut.

Karena itu, ia sering terlibat diskusi yang sangat intens dalam menjawab berbagai pertanyaan kelompok non-Muslim mengenai Islam. Minatnya terhadap Islam makin bertambah setiap harinya.

Dan, di sela-sela kesibukannya mengajar, ia menyempatkan diri mempelajari bahasa Arab. Dalam bidang yang satu ini, Germanus memang memiliki bakat yang besar. Buktinya, dalam jangka waktu singkat dia sudah mahir berbahasa Arab. Belum puas dengan yang diperolehnya, Germanus juga belajar bahasa Persia.

Pada 1912, Germanus diangkat sebagai profesor bahasa Arab Persia dan Turki di Hungarian Royal Academy di Budapest. Dia juga mengasuh mata kuliah sejarah Islam. Selanjutnya, dia dipercaya untuk memimpin Department of Oriental Studies di Universitas Budapest.

Keinginan Germanus yang kuat untuk mendalami Islam dan menyelami sifat-sifat khas Muslim telah mempertemukannya dengan salah satu pujangga Muslim tersohor asal Pakistan, Muhammad Iqbal. Keduanya sering terlibat pembicaraan hingga berjam-jam lamanya. Topik-topik yang mereka bicarakan beragam, mulai dari mengenai Islam hingga berdiksusi tentang aktivitas para orientalis dan misionaris Kristen.

Mengenai misionaris Kristen, Germanus dan Iqbal punya pandangan yang berbeda. Menurut Germanus, propaganda yang disebarkan oleh para misionaris Kristen di Eropa sebagai sebuah masalah pelik yang mengkhawatirkan. Sementara, Iqbal justru melihat masalah sesungguhnya ada pada orang Islam sendiri. Iqbal menyebut, persatuan dan kesatuan Muslim yang lemah telah membuat umat Islam mudah diombang-ambing.


Atas undangan sastrawan dan penerima Nobel terkemuka asal India, Rabindranath Tagore, pada 1928 Germanus pergi ke India untuk mengajar sekaligus memimpin program Islamic Studies di Visva-Bharati University. Ia bermukim di India selama beberapa tahun. Di sana pula dia akhirnya menemukan cahaya Islam yang sesungguhnya.

Tepat pada hari Jumat, bertempat di Masjid Agung Delhi, Germanus menegaskan pilihannya untuk menjadi seorang Muslim. Di hadapan jamaah shalat Jumat yang memenuhi Masjid Agung Delhi, Germanus berikrar dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia lalu mengganti namanya menjadi Abdul Karim.

Germanus menikah dengan seorang perempuan Eropa yang dulunya beragama Kristen. Setelah beberapa lama, sang istri akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam dengan disaksikan oleh Syekh Ahmed Abdul Ghafur Attar, seorang penulis dan akademisi Islam terkenal.

Keputusannya untuk masuk Islam tidak membuat ia mendapat perlakukan diskriminatif dari pihak universitas tempat ia bekerja. Bahkan, dia mendapat kelonggaran, misalnya, untuk menunaikan shalat Jumat ke masjid.

Islam memiliki kelebihan yang mampu mengangkat derajat manusia dari sikap kebinatangan mehnuju peradaban yang mulia. Saya berharap, Islam bisa mencapai mukjizat tertinggi itu di saat kegelapan sedang menyelimuti kita,” ujarnya.

Pada 1935, ia memperoleh kesempatan menunaikan rukun Islam kelima dan menjadi satu dari sedikit Muslim Eropa yang berangkat ke Makkah pada masa itu. Kemudian pada 1939, dia menunaikan ibadah haji untuk kali kedua. Kisah perjalanan ruhaninya ke Makkah telah dituliskan dalam sebuah buku berbahasa Hungaria yang cukup terkenal berjudul, Allahu Akbar! Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.

Aktif Berdakwah dan Berkarya

Ketika masa tugasnya di India berakhir, Germanus memutuskan untuk kembali ke Hungaria. Dengan menyandang status baru sebagai seorang Muslim, dia berusaha keras memberikan pencerahan kepada masyarakat Muslim di negerinya, Hungaria. Kala itu, pemeluk Islam di Hungaria berjumlah antara 1.000 hingga 2.000 jiwa. Untuk membantu menjembatani hubungan Islam dengan pemerintah, ia mendirikan sebuah organisasi keislaman. Misinya adalah membawa Islam agar diterima sebagai salah satu agama resmi di Hungaria.

Melalui organisasi tersebut, Abdul Karim Germanus aktif menyosialisasikan Islam. Ia juga kerap berdakwah melalui tulisan. Dia menulis tentang Islam di berbagai media di Eropa. Dalam sebuah artikelnya, Abdul Karim Germanus pernah menuliskan bahwa suatu saat nanti Islam akan memperlihatkan keajaibannya pada saat dunia mulai diliputi oleh kegelapan.

Karya

Semasa hidupnya, ia telah menulis berbagai macam buku mengenai Islam, terutama mengenai bahasa Arab. Di antaranya Arabic Literature in Hungarian, Lights of the East, Uncovering the Arabian Peninsula, Between Intellectuals, The History of Arabic Literature, The History of the Arabs, Modern Movements in Islam, Studies in the Grammatical Structure of the Arabic Language, Journeys of Arabs, Pre-Islamic Poetry, Great Arabic Literature, Guidance From the Lights of the Crescent (a personal memoir), An Adventure in the Desert, Arab Nationalism, Allahu Akbar, Mahmoud Timour and Modern Arabic Literature, The Great Arab Poets, dan the Rise of Arab Culture.

Abdul Karim Germanus wafat pada 7 November 1979. Sepanjang setengah abad (50 rahun—Red), ia mengabdikan dirinya untuk Islam. Karena pengabdiannya ini, sosoknya dikenang hingga kini sebagai salah satu legenda Muslim di Hungaria.


Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !

Senin, 08 Mei 2017

Mengenal Kerajaan di Jawa pada Masa Turki Utsmani




  Yes  Muslim  - Pada tanggal 17 November 2013, Laman Ottoman History Picture Archives mengupload sebuah foto yang dikutip dari koran Turki lama yang menampilkan sosok para Bangsawan Kerajaan Jawa (Mataram) yang semasa dengan Sultan Abdul Hamid II.

Tertulis dalam keterangan foto berbahasa Turki:Jawa Amiri Hadhiri Urtaji Abdurrahman(berkemungkinan besar maksudnya adalah Raden Mas Murtejo, Hamengkubuwono VII yang memerintah Kesultanan Yogyakarta dari tahun 1877-1920).

Lalu di sebelahnya tertulis: Amirik Waziri Raden Hadi Fani Sasradiningrat. Tidak diketahui lebih lanjut, apakah foto ini diambil ketika sebuah kunjungan (Utusan Turki ke Yogya atau sebaliknya) ataukah dalam momentum lain. Tapi yang pasti, foto ini memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara Imperium Turki Utsmani dengan Kesultanan Yogyakarta.

Seperti diketahui, Sultan Abd-ul-Hamid II lahir pada tanggal 21 September 1842 dan wafat pada tanggal 10 Februari 1918, ia merupakan Sultan (Khalifah) ke-27 yang memerintah Daulah Khilafah Islamiyah Turki Utsmani yang menggantikan saudaranya Sultan Murad V pada 31 Agustus 1876.





Sepanjang pemerintahannya, Sultan Abdul Hamid II menghadapi berbagai dilema. Pada 1909 Sultan Abd-ul-Hamid II dicopot kekuasaannya melalui kudeta militer, sekaligus memaksanya untuk mengumumkan sistem pemerintahan perwakilan dan membentuk parlemen untuk yang kedua kalinya. Ia diasingkan ke Tesalonika, Yunani.

Selama Perang Dunia I, ia dipindahkan ke Istana Belarbe. Pada 10 Februari 1918, Abd-ul-Hamid II meninggal tanpa bisa menyaksikan runtuhnya institusi Negara Khilafah (1924), suatu peristiwa yang dihindari terjadi pada masa pemerintahannya. Ia digantikan oleh saudaranya Sultan Muhammad Reshad (Mehmed V) .

Selama periode pemerintahannya, Sultan Abd-ul-Hamid II menghadapi tantangan terberat yang pernah dijumpai kaum muslimin dan Kekaisaran Ottoman (Usmaniyah) saat itu:

Konspirasi dari negara-negara asing (seperti Perancis, Italia, Prusia, Rusia, dll) yang menghendaki hancurnya eksistensi Khilafah Usmaniyah.





Separatisme yang dihembuskan negara-negara Barat melalui ide nasionalisme, yang mengakibatkan negeri-negeri Balkan (seperti Bosnia Herzegovina, Kroasia, Kosovo, Bulgaria, Hongaria, Rumania, Albania, Yunani) melepaskan diri dari pangkuan Kekaisaran Ottoman. Begitu pula dengan lepasnya Mesir, Jazirah Arab (Hejaz dan Nejd) dan Libanon baik karena campur tangan negara asing ataupun gerakan dari dalam negeri.

Akibatnya, di kawasan Balkan saat itu dikenal sebagai kawasan “Gentong Mesiu” karena konflik yang ada di kawasan itu dapat sewaktu waktu meledak terutama terlibatnya negara negara adikuasa masa itu (Kerajaan Ottoman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Inggris, Perancis, Kekaisaran Jerman dan Rusia. Konflik ini meledak saat Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Krisis di kawasan yang sekarang dikenal sebagai bekas Yugoslavia pada dekade 1990-an.

Perlawanan dari organisasi yang didukung negara-negara asing seperti organisasi Turki Fatat (Turki Muda), Ittihat ve Terakki (Persatuan dan Kemajuan).

Kekuatan Yahudi dan Freemasonry, yang menginginkan berdirinya komunitas Yahudi di Palestina.
Beberapa peristiwa pada zaman Sultan Abd-ul-Hamid II:

1840
Awal rencana pembuatan jalur kereta api yang membentang di Timur Tengah yang juga mencakup Jalur kereta api Hijaz yang menghubungkan antara Damaskus dengan Madinah yang juga direncanakan sampai ke Mekkah dan Jeddah. Jalur kereta api ini dibangun bertujuan untuk mempersatukan wilayah Kekaisaran (Kekhalifahan) Usmaniyah dengan sarana transportasi modern saat itu.

1876
Revolusi Bulgaria dengan bantuan Rusia gagal.
Serbia menyerang kaum muslimin dengan bantuan Rusia, kaum muslimin mengalahkan mereka, mengambil alih Bulgaria dan seluruh Serbia.

1877
Rusia dan Rumania dikalahkan setelah menyerang kaum muslim.
Rusia dan Hongaria mengambil alih Pleven, Bulgaria.
Rusia dikalahkan dan Tsar dibebaskan. Rusia telah kalah sebanyak 6 kali.

1878
Rusia mengambil alih Sofia, Pleven, dan Edrine di Turki.
Perjanjian damai dengan Rusia.
Bulgaria dan Serbia merdeka.
Edrine dan kawasan lain kembali kedalam wilayah Kekaisaran Usmaniyah.
Inggris mengambil alih Siprus.
Perjanjian Berlin, pihak Eropa membagi-bagikan tanah kaum muslimin.

1908
Jalur kereta api Hijaz yang menghubungkan antara Damaskus dengan Madinah dioperasikan. Rencananya, Jalur ini akan dihubungkan sampai Mekkah dan Jeddah. Namun karena keterbatasan dana dan sering adanya gangguan dari para pemuka suku setempat, jalur ini hanya dihubungkan sampai dengan Madinah. Keberadaan Jalur ini sangat mempermudah kelancaran jamaah haji dengan sarana transportasi modern saat itu. Berbeda dengan jalur di Timur Tengah lainnya seperti halnya Jalur kereta api Baghdad, Jalur kereta api ini dibangun tanpa bantuan dari luar negeri khususnya kekaisaran Jerman.

Sultan Abdul Hamid II: Pembela Palestina
Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ”Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina”. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ”Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri”.

Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah. Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan, dan paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah: uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.

Namu, kesemuanya ditolak Sultan. Sultan tetap teguh dengan pendiriannya untuk melindungi tanah Palestina dari kaum Yahudi. Bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, ”Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.”

Sultan juga mengatakan, ”Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Sejak saat itu kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon “liberation”, “freedom”, dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai “Hamidian Absolutism”, dan sebagainya.

”Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!” Tulis Sultan Abdul Hamid II dalam catatan hariannya


Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !

Kisah Kiai As’ad Situbondo dengan Preman Pencuri Sandal Masjid



  Yes  Muslim  - SALAH satu hal yang luar biasa dari sosok kiai adalah kearifannya dalam berdakwah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh KHR As’ad Syamsul Arifin pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Jawa Timur saat menyuruh para preman di daerah Bondowoso untuk ikut shalat Jumat.

Cerita yang disampaikan oleh salah seorang santrinya, H Ikrom Hasan kepada penulis ini bermula dari kehebatan ilmu kanuragan Kiai As’ad. Tak hanya ilmu agama yang dikuasai oleh kiai yang baru saja ditetapkan sebagai pahlawan Nasional itu, tapi juga ilmu bela diri dan sejenisnya.

Berkat reputasinya dalam dunia persilatan tersebut, banyak preman, jawara, bromocorah wa alaa alihi wa ashabih yang segan kepada Kiai As’ad. Jadi, tidak heran jika apa yang diucapkan oleh Kiai As’ad menjadi semacam perintah yang wajib untuk dipatuhi. Bagi mereka, mematuhi perintah Kiai As’ad adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Meski demikian, Kiai As’ad tidak serta merta memaksa mereka untuk melakukan shalat, misalnya. Pemaksaan dalam hal beragama, bagi Kiai As’ad, bukanlah cara yang tepat untuk diterapkan dalam berdakwah. Apalagi bagi kalangan yang awam dari ilmu agama.

Kiai As’ad punya cara tersendiri untuk mendakwahi mereka. Dalam suatu kesempatan, Kiai As’ad mengumpulkan para preman tersebut. Di pertemuan itu, Kiai As’ad minta tolong kepada kepala preman itu untuk menjagakan sandal para jamaah shalat Jumat yang kerap hilang.

“Sandal jamaah di maajid ini sering hilang kalau sholat Jumat, saya bisa minta tolong untuk menjagakannya agar tidak hilang?” pinta Kiai As’ad.

Seketika dedengkot para preman itu, menyanggupinya. “Gampang itu, Kiai. Paling yang mencuri ya anak buah saya. Biar saya yang akan menjaga,” tanggapnya dengan bangga.

Pertemuan pun diakhiri dengan kesepakatan sebagaimana di atas. Kiai As’ad berpamitan seraya mengucapkan terima kasih kepada para preman tersebut.

Hari Jumat pun tiba. Si dedengkot preman itu tampak berjaga di dekat masjid. Berkat pengawasannya tersebut, tak ada sepasang sandal pun yang hilang. Begitupun jumat berikutnya.

Hingga pada Jumat keempat, si dedengkot preman yang menjaga sandal itu merasa ada yang aneh. Sebagai sosok yang disegani dan ditakuti banyak orang, ia merasa tidak kelasnya untuk melakukan tugas tersebut.

“Masak sih saya menjaga sandal tukang becak, penjual kacang dan orang-orang remeh itu,” gugatnya. “Seharusnya saya juga sholat dan sandal saya yang dijaga,” imbuhnya.

Persoalan itu, lantas ia adukan ke Kiai As’ad. Dengan tenang Kiai As’ad balik bertanya. “Kalau sampean ikut sholat, lantas siapa yang menjaga sandalnya?”

“Tenang, Kiai,” jawab si dedengkot preman. “Saya punya banyak anak buah. Biar mereka yang menjaga, saya yang sholat,” tegasnya.

Kiai As’ad pun menyetujuinya sembari mengucap syukur dalam hati atas hidayah yang tak langsung diberikan kepada si preman tersebut.

Proses itu pun berlanjut ke preman lainnya. Saat disuruh menjaga sandal, ia pun merasa aneh. “Masak, preman suruh menjagakan sandal preman,” gugatnya balik. Akhirnya, mereka satu per satu pun ikut sholat Jumat.

Demikianlah cara Kiai As’ad mendakwahkan ajaran-ajaran Islam. Penuh kearifan, tanpa ada pemaksaan yang terkadang berujung pada pemberontakan.

Namun, lanjut H Ikrom, selama proses dakwah tersebut, Kiai As’ad tak pernah berhenti bertaqarub kepada Allah. Ia bermunajat meminta kepada Sang Kholik untuk memberikan hidayah kepada para preman tersebut. Berkat kekuatan doa Kiai As’ad itulah, para preman mendapatkan hidayah. []

Sumber: NU Online

Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Berbagi informasi bermanfaat juga termasuk amal loh .... Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News


ADA BERITA MENARIK ! 
SCROLL KE BAWAH ! 


Sumber | republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !

Minggu, 07 Mei 2017

Ini Sejarah dan Biografi Singkat Umar Bin Khattab

 Sejarah dan Biografi Singkat Umar bin Khattab. Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga adalah khalifah kedua Islam pada periode 634 - 644 M. Beliau juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk atau yang biasa disebut sebagai Khulafaur Rasyidin.







Biodata Umar bin Al-Khattab

Pemimpin Orang-Orang Beriman
(Amir al-Mu'minin)
Masa kekuasaan
23 Agustus 634 – November 7 644
Nama lengkap
'Umar bin al-Khattab
Gelar
al-Faruq ("Pemisah antara yang benar dan batil")
Amir al-Mu`miniin ("Pemimpin Orang-Orang Beriman")
Ayah
Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi
Ibu
Hantamah binti Hasyim
Lahir
c.586-590
Mekkah, Jazirah Arab
Meninggal
7 November 644
Madinah, Jazirah Arab
Dimakamkan
Sebelah kiri makam Nabi Muhammad, Al-Masjid al-Nabawi, Madinah
Pendahulu
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pengganti
Utsman bin Affan
Asal

Lahir di kota Mekkah dari suku Bani Adi yang merupakan salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim berasal dari marga Bani Makhzum. Beliau diberi gelar oleh Nabi Muhammad sebagai Al-Faruq yang artinya orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah yang bisa membaca dan menulis dan pada masa itu merupakan sesuatu yang langka.

Baca juga : Sejarah dan Biografi Singkat Abu Bakar As-Siddiq Khalifa Khulafaur Rasyidin

Biografi

Ketika belum memeluk agama Islam, Umar orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah. Ia juga menjalankan tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu yaitu mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad SAW, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits. Umar juga dikenal sebagai seorang yang suka minum anggur dan merupakan peminum berat. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak lagi menyentuh minuman beralkohol.

Dahulu umar merupakan orang yang menentang keras ajaran islam yang dibawah oleh Rasulullah SAW, kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW.


Awal Memeluk Islam

Umar pernah memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad SAW, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad SAW bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya.

Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal ini membuat masyarakat Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad SAW dan pemeluk Islam lain berhijrah ke Madinah. Beliau juga telah mengikuti perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia disegani oleh kaum Muslim karena reputasinya sebelum dan setelah masuk islam yang terkenal. Beliau juga merupakan orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad SAW.

Menjadi khalifah

Sebelum menjadi khalifa, umar merupakan penasehat Abu Bakar yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Beliau ditunjuk menggantikan Abu Bakar setelah wafatnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Masa pemerintahannya, kekuasaan Islam tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Wafatnya
Umar bin Khattab wafat kaerna dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar karena sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah belia wafat, jabatan khalifah kemudian diteruskan ole salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Usman bin Affan.

Baca juga : Sejarah dan Biografi Singkat Ali Bin Abi Thalib Khalifa Khulafaur Rasydin 4

Wasiat

Wasiat yang ditinggalkan umar semasa hidupnya :

    Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
    Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
    Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
    Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
    Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
    Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab diakses tanggal 24 november 2014

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Masya Allah! Jenazah Pemuda Ini Diperebutkan Malaikat untuk Dimandikan




DIA adalah Abu Hanzalah bin Ar Rabie. Ia merupakan sahabat nabi yang kuat dan memiliki pribadi santun serta bertanggung jawab atas segala tugas yang diberikan kepadanya. Saat terjadi perang Uhud, Hanzalah baru saja menikah sehingga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memberinya izin untuk tidak berperang.

Sebelumnya, saat kaum muslim memenangkan perang badar, ayah Hanzhalah tetap bersikeras memusuhi dan menentang Islam. Bahkan dia pindah ke Makkah untuk terus mengobarkan kebencian dan menghasut kaum Quraisy agar membalas kekalahannya di perang Badar.

Atas hasutan ini akhirnya terjadilah perang uhud. Dalam perang tersebut, kaum Quraisy dipimpin oleh Khalid bin Walid yang memiliki peran vital dalam peperangan tersebut. Pertempuran tersebut pun didukung penuh oleh ayah Hanzhalah.

Ketika genderang perang dibunyikan yang menandakan dimulainya peperangan, Hanzalah yang mendengar bunyi tersebut lantas berdiri dan menuju medan perang. Ia tahu bahwa Rasulullah mengizinkannya untuk tidak ikut perang namun ia bertekad untuk jihad.

Saat dalam peperangan Hanzalah berhadapan dengan Abu sofyan terjadi pertarungan yang sangat sengit. Pedang dari Abu Hanzalah bin Ar Rabie berhasil menebas salah satu kaki kuda milik Abu Sofyan dan membuatnya terjatuh. Kemudian, datanglah Syaddad bin Al Aswad untuk membantu Abu Sofyan.

Salah satu dari kedua kaum Quraisy tersebut membunuh Hanzalah dengan lemparan lembing. Setelah itu, Abu Sofyan berseru dengan suara yang sangat lantang, mengabarkan bahwa Hanzalah telah tewas dan ia berhasil membalaskan dendam anaknya yang terbunuh saat perang Badar.




Semua orang bersedih saat kabar syahidnya Hanzalah terdengar. Rasulullah pun terheran dan menyampaikan kepada sahabat lainya bahwa Hanzalah telah dimandikan oleh para malaikat. Ketika mendengar Rasulullah berkata demikian sahabat pun tercengang.

Salah satu sahabat yakni Abu Said Saidi, melihat mayat Hanzalah untuk membuktikan perkataan Rasulullah. Betapa kagetnya ia ketika melihat wajah Hanzalah bercahaya dan tersenyum. Dari rambutnya terlihat tetesan air. Rasulullah juga mengatakan Hanzalah tidak dihisab, ia akan dapat langsung mencium tanah surga.

Sahabat pun langsung menemui Jamilah binti Ubai bin Salul, istri Hanzalah. Ia menceritakan bahwa Hanzalah bergegas ikut jihad saat mendengar gendang perang padahal ia sedang junub. Saat Hanzalah gugur, Allah dengan kuasa-Nya memerintahkan para malaikat untuk memandikan Hanzalah dari langit. 

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Jumat, 05 Mei 2017

Mengenal Gubernur Irwan Prayitno, Kisah Gubernur Miliki 10 Anak Yang Hafidz Quran




Salah satu kunci kesuksesan seseorang dalam memimpin organisasi adalah dukungan dari istri dan anak-anaknya. Orang bijak sering mengatakan, “Di balik lelaki sukses, ada wanita hebat dibelakangnya.” Jika ada lelaki yang menjadi pemimpin besar, motivator hebat, tokoh ternama dan pengusaha sukses, maka pasti ada peran besar di belakangnya.

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka). Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At Taghaabun: 14-15).

Menurut Wahbah az-Zuhaili, seorang fuqaha Suriah kenamaan, yang dimaksud musuh di sini adalah permusuhan dalam urusan akhirat, terkait sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kalian. Mereka menyibukkan seorang laki-laki dari kebaikan dan amal saleh yang berguna bagi kalian di akhirat.

Maka waspadalah agar cinta dan kasih sayang sebagai seorang suami dan ayah kepada mereka tidak mempengaruhi ketaatan kepada Allah SWT. Kemudian Allah menganjurkan untuk memberi maaf kepada mereka.

Beruntunglah Irwan Prayitno. Gubernur Sumatra Barat periode 2010-2015 (dan kini maju lagi dalam pilgub 2015) ini memiliki seorang istri yang tangguh. Ini terbukti, istrinya mampu mendorongnya untuk sukses di bidang yang digelutinya.

Irwan menikah di usia muda dengan sesama aktivis dalam rangka mempercepat dakwah Islam. Kedewasaan, dinamika kehidupan dan kesamaan pemikiran membentuk pasangan muda ini menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia.

Sang istri, Hj Nevi Zuairina yang lahir pada 20 September 1965. Irwan dan Nevi memiliki 10 orang anak, yaitu Jundy Fadhlillah, Waviyatul Ahdi, Dhiya’u Syahidah, Anwar Jundi, Atika, Ibrahim, Shohwatul Ishlah, Farhana, Laili Tanzila dan si bungsu Taqiya Mafaza.

Kesepuluh anaknya memiliki prestasi tersendiri. Di antaranya ada yang menjadi juara umum di sekolahnya. Anak-anak Irwan juga semua didik untuk menghafal Al Quran sejak dini sehingga menjadi hafiz Quran.

Putra pertama mereka Jundy Fadhlillah telah menyelesaikan studi MBA di Boston Amerika, dan telah bekerja di perusahaan energi di Jakarta.

Putri ke 2 Waviyatul Ahdi telah menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Gigi UI, putri ke 3 Dhiya’u Syahidah telah menyelesaikan studinya di Institut Teknologi Bandung dan sekarang menyelesaikan S2 di Westminster University – UK.

Putra ke empat mereka Anwar Jundi kuliah di Institut Pertanian Bogor, Atika, putri ke 5 kuliah di FE UI, Ibrahim kuliah di Jurusan Teknik Kimia UI, Shohwah dan Farhana di SMA 1 Padang. Dua orang lainnya masih sekolah di SMP dan SD.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At Tahrim: 6).

Irwan Prayitno pernah menciptkan sebuah lagu “Anakku Penyejuk Hatiku.” Lagu ini menggambarkan betapa anak-anaknya merupakan obat pelepas lelah dalam menjalani kehidupan yang keras sebagai seorang politisi. Sebuah keluarga yang sempurna di bawah ridho Ilahi, rahmat dan kasih sayang Allah swt mereka dapati, alamat badan selamat menempuh kerasnya hidup ini.

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqan: 74)

Penulis: Zamri Yahya

Sumber: http://www.sharia.co.id/kisah-gubernur-miliki-10-anak-yang-hafidz-quran.htmSumber | republished by (YM) Yes Muslim !