Berita Islam Indonesia
Senin, 20 Agustus 2018
Minggu, 28 Mei 2017
BACA! Rasulullah Selalu Istirahat di Antara Dua Rakaat Shalat Tarawih, Sebarkan!
BACA! Rasulullah Selalu Istirahat di Antara Dua Rakaat Shalat Tarawih, Sebarkan! |
JAKARTA --
Rasulullah SAW melaksanakan Tarawih dengan santai. Beliau tidak terburu-buru
dan tidak lupa beristirahat. Istirahat atau thuma'ninah sering dilupakan dalam
shalat tarawih saat ini. Padahal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tarawih
memang memilki pengertian mengerjakan shalat dengan santai. Setiap dua rakaat,
Rasulullah selalu melakukan thawaf. Karena itu, Rasulullah biasanya
melaksanakan tarawih delapan rakaat saja ketika bersama sahabat. Selanjutnya,
Nabi melanjutkan shalat di rumah.
Ijtihad
dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab terkait jumlah rakaat Tarawih. Pada masa
Umar, shalat Tarawih kemudian menjadi 20 rakaat.
"Ini
diputuskan karena yang tarawih di luar Masjidil Haram tidak bisa thawaf,"
kata Ketua Bidang Dakwah Majlis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis.
Menurutnya,
Rasulullah kembali shalat tarawih di rumah. Jumlah rakaatnya berbeda pendapat
antara para ulama.
Ada yang
mengatakan sampai 36 rakaat, bahkan ada yang mengatakan tak terbilang. Namun
kini, jumlah rakaat tarawih biasanya ganjil hingga 23 rakaat, termasuk witir.
Selain itu,
beragam cara umat Islam melaksanakan shalat tarawih. Ada yang sampai
menghatamkan Alquran satu juz disetiap bacaan tarawih. Tak sedikit pula yang
cukup dengan ayat pendek. Cholil mengatakan, bagaimana pun istirahat adalah hal
yang harus diperhatikan.
"Ya
harusnya ada thuma'ninah. Kalau gak ada thuma'ninah dalam masing-masing
rukunnya tidak sah," ujar Cholil. Saat ditanya tolak ukur thuma'ninah,
menurut Cholil, tergantung kepada adat.
Hanya saja,
katanya, ulama mengukur dengan membaca subhana rabbiyal a'ala wa bihamdi tiga kali.
"Itu batas minimalnya ya," kata Cholil. Jadi, agar shalat tarawih
kita lebih bermakna dan tidak melelahkan, jangan lupa thuma'ninah.
Sumber :
Republika
Inilah Kisah Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz, Baca dan Sebarkan!
Inilah Kisah Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz, Baca dan Sebarkan! |
JAKARTA --
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah pahala. Karena itu, tidak jarang umat
Islam yang memiliki kelebihan harta selalu berbagi pada yang membutuhkan.
Cerita
kedermawanan banyak ditirukan oleh ulama dan para pemimpin Muslim di sepanjang
sejarah. Salah satunya, kisah khalifah terkemuka Dinasti Umayyah, Umar bin
Abdul Aziz.
Dalam suatu
riwayat, Umar bin Abdul Aziz awalnya termasuk pengusaha kaya. Harta halalnya
berlimpah karena beliau seorang pedagang sukses yang amanah.
Ia juga
mendapat gaji dari baitul mal negara. Saat Ramadhan, semua itu tidak ia simpan
sendiri. Ia tak pernah abses berbagi dengan fakir miskin dan orang yang
meminta-minta.
Ayub bin Wail
ar-Rasibi pernah menyaksikan kejadian menakjubkan tentang beliau. Suatu hari,
Ibnu Umar mendapat kiriman harta senilai 4.000 dirham (sekitar 680 juta rupiah)
dan satu baju yang ada bulunya.
Keesokan
harinya, Ayub bin Wail ini melihat Ibnu Umar di pasar membeli pakan kudanya
dengan cara berhutang. Ayub pun keheranan. Ia berpikir Ibnu Umar baru kemarin
mendapat uang 4.000 dirham, tapi membeli pakan kuda saja berhutang.
Karena
penasaran, Ayub kemudian menemui keluarga Ibnu Umar, ingin tahu apa gerangan yang
terjadi. Cerita keluarganya, "Uang itu belum sempat menginap semalam, tapi
sudah dibagikan semuanya kepada fakir miskin," kata mereka.
Ibnu Umar
hanya mengambil baju yang ada bulunya itu. Ia pun pakai baju itu untuk keluar
rumah. Namun ketika pulang, baju itu sudah tidak ada. "Ketika kami
tanyakan, beliau sudah berikan baju itu kepada fakir miskin," katanya.
Kisah Ibnu
Umar merupakan salah satu kisah kedermawanan yang luar biasa di bulan Ramadhan.
Semua sahabat berlomba untuk berbagi dan membahagiakan orang yang membutuhkan.
Abdullah
Ibnu Umar RA juga memiliki kebiasaan berbuka puasa bersama anak yatim dan orang
miskin. Bahkan, terkadang putra tercinta sahabat mulia, Umar bin Khattab RA,
ini tidak berbuka meski sudah adzan Maghrib jika keluarganya belum menghadirkan
para fakir miskin di rumahnya.
Sumber : Republika
Sabtu, 27 Mei 2017
Penting! Puasa Sarana Menjaga Hati, Lisan, dan Akal, Baca Sampai Tuntas!
Penting! Puasa Sarana Menjaga Hati, Lisan, dan Akal, Baca Sampai Tuntas! |
Terdapat
tiga komponen penting pada diri manusia, yakni hati, akal, dan lisan. Tiga
komponen ini akan baik jika dirawat dengan baik. Sebaliknya, ketika tidak
dirawat, tentu akan menimbulkan malapetaka dan bencana, baik bagi diri maupun
orang lain. Karena itu, setiap manusia penting untuk menjaga ketiganya dari
penyakit berbahaya.
Penyakit
hati adalah menganggap rendah orang lain (takabbur), merasa dirinya adalah yang
terbaik ('ujub), riya, pelit (bakhil) hasud, dan lain sebagainya. Penyakit
lisan adalah berdusta, berkata kotor, menipu, mengejek, menghina, menggunjing,
bersilat lidah, bertengkar, berdebat secara berlebihan, dan lain sebagainya.
Sedangkan
penyakit kecerdasan akal adalah percaya diri berlebihan sehingga suka
meremehkan, kesombongan intelektual yang menghilangkan akhlaq al-karimah,
merasa superior dan berkualitas padahal lemah dan tidak mempunyai apa-apa, dan
lain sebagainya.
Setelah
bertaubat, obat ampuh untuk mengatasi penyakit hati, lisan, dan akal adalah
puasa dan Alquran. Untuk itu, datangnya bulan Ramadhan sudah semestinya menjadi
momentum untuk mensucikan diri dari segala penyakit.
Orang
beriman senantiasa merindukan datangnya Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami
pada bulan Ramadhan," demikian doa yang dipanjatkan. Puasa merupakan
ibadah intim seorang hamba kepada Sang Pencipta. Puasa juga merupakan ibadah
tertua dalam peradaban manusia, yakni sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad
SAW.
Tujuan inti
puasa adalah menggapai ketakwaan. Puasa menjadi sarana mensucikan hati dan jiwa
agar taat kepada perintah-Nya, sekaligus mengobati dan menjadi terapi kesehatan
manusia. Ramadhan merupakan bulan pendidikan rohani yang melatih keuletan,
kejujuran, kesabaran serta menjadi pakem menahan gejolak nafsu yang mendorong
hamba melakukan dosa dan kesalahan.
Imam
Abdurrahman al-Shafury dalam kitab 'Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab al-Nafais'
menjelaskan, kata Ramadhan terdiri dari 5 kata, yakni: ra (ridwanullah) berarti
keridhaan Allah, mim (maghfirah) berarti ampunan-Nya, dhad (dhimanullah)
berarti jaminan keamanan dari Allah SWT, alif (ulfah) berarti kelembutan, dan
nun (nawalullah) berarti pemberian dari Allah SWT.
Terdapat
banyak penjelasan dari Rasulullah Muhammad SAW terkait keutamaan bulan
Ramadhan. Salah satunya yang meriwayatkan bahwa Rasululah mengisi Ramadhan
dengan memperbanyak membaca Alquran, memahami dan merenungi kandungannya, serta
mengamalkannya.
Man qaraa
harfan min kitaabillah fa lahu bihi hasanatun, wal hasanatu biasyri
amtsaalihaa. Laa aquulu alif lam mim harfun, wa lakin alifun harfun, laamun
harfun, wa miimun harfun.
"Siapa
saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan dan
satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam
mim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu
satu huruf."
Dalam
riwayat lain, Rasulullah Muhammad Saw bersabda: Kullu amalibni Adam yudhaafu
asyrul hasanati ila dhifi sabimiati amtsaalihaa. Qaala Allahu Azza wa Jalla:
Illaa ash-Shauma, fa innahu liii wa Ana Ajzi bihi. Yadau syahwatahu wa thaamahu
min ajlii. Lis-shaaimi farhataani, farhatun inda fithrihi wa farhatun inda
fithrihi wa farhatun inda liqaai rabbihi. Wa lakhuluufu fiihi athyabu indallahi
min riihil miski.
"Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipat-gandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza wa Jalla
berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan ia telah meninggalkan
syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa
dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi
Allah dari pada bau minyak kasturi."
Terkait
anjuran untuk merenungkan kandungan Alquran, Rasulullah SAW bersabda: rubba
taalin lil quraani, wal quraanu yalanuhu."Banyak orang yang membaca
Alquran, tapi Alquran justru melaknatnya."
Sambut
Ramadhan, pesan hadits di atas seyogyanya direnungkan sebagai modal membangun
karakter (character building) dan merevolusi mental. Ramadhan menjadi momentum
mempraktikan nilai-nilai ideal dalam realitas kehidupan hingga tidak tercipta
kesenjangan.
Memahami
pentingnya kejujuran dengan tidak berbuat curang dan penipuan. Memahami
keadilan penguasa dengan tidak korup dan mengeksploitasi alam. Mendakwahkan
ayat-ayat Tuhan tanpa mencampurinya dengan syahwat politik kekuasaan.
Ketika
seseorang menghendaki hati, lisan dan kecerdasan akalnya memiliki pancaran
cahaya yang menyelamatkan, tentunya Alquran adalah pedoman dan pusaka yang
paling ampuh. Sedangkan untuk merawat kesucian hati, lisan, dan kecerdasan
akal, puasa adalah kunci utamanya.
Marhaban ya
Ramadhan. Wallahu a'lam
Faruq Hamdi
- Sekretaris Lembaga Bahstul Masail PWNU DKI Jakarta dan Staf Komisi Dakwah MUI
Pusat (Sumber: Republika)
Akan Dijauhkan Dari Siksa Kubur Bagi yang Terbiasa Membaca Surat ini di Malam Hari!
Akan Dijauhkan Dari Siksa Kubur Bagi yang Terbiasa Membaca Surat ini di Malam Hari! |
Surat Al
Mulk atau surat Tabaarok, surat ke-67, surat yang ada di juz ke-29 ini punya
banyak keutamaan. Menjadi amalan yang dianjurkan untuk istiqomah membacanya,
terutama sebelum tidur. Apa sebabnya? Berikut ulasannya
Telah
menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia berkata, telah
menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia
berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi
Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr,
dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi
yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari
siksa kubur.
Kami di masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah”
(penghalang dari siksa kubur). Dia
adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap
malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai
dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut
shahih).
Tentu setiap
dari kita ingin terhindar dari siksa kubur. Kalau sudah tahu amalan ini bisa
mempermudah kondisi kita saat di alam kubur nanti, tentu pada mau merutinkan
membaca Al Mulk sebelum tidur, kan? Lebih-lebih kalau mau menghafalnya.
Itu keren
banget! Nggak cuma sekedar membaca ya, perlu juga dihayati dan benar-benar
hanya mengharap ridho Allah ta’ala saat membacanya. Karena bacaan al qur’an
hanya akan memberikan syafaat dan pertolongan atas izin Allah ta’ala semata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al qur’an, karena
sesungguhnya bacaan al qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi
syafaat bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia).” (HR. Muslim no.
804).
Supaya
mendapatkan keutamaannya dan nggak sekedar menggerakkan bibir, yuk, sama-sama
amalkan kandungan isi surat Al Mulk. Semoga kita bisa mendapatkan syafaat-Nya.
Sumber :
Wajib Baca
Kamu Harus Tahu! 4 Hal yang Harus Diperhatikan Pasien Diabetes Saat Puasa
Kamu Harus Tahu! 4 Hal yang Harus Diperhatikan Pasien Diabetes Saat Puasa |
Jakarta - Mengidap penyakit diabetes melitus bukan berarti
tidak bisa berpuasa. Pakar mengatakan dengan persiapan yang baik, pasien
diabetes melitus tetap bisa menjalankan ibadah puasa.
"Sekitar 79 persen pasien diabetes melitus tipe 2 akan
berpuasa saat bulan Ramadan. Tentunya harus ada persiapan agar ibadah puasa
bisa maksimal," tutur dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, FINASIM, beberapa
waktu lalu.
Lantas, apa saja yang harus diperhatikan dan disiapkan
pasien diabetes jika ingin puasa? Yuk simak empat hal ini:
1. Pengalaman puasa sebelumnya
Diabetes adalah penyakit progresif yang bisa makin memburuk
seiring berjalannya waktu, apalagi jika tidak terkontrol. Karena itu pengalaman
puasa tahun sebelumnya tidak bisa dijadikan patokan untuk menjalani puasa saat
ini.
"Jika tahun lalu aman, tidak berarti tahun ini sama.
Bisa jadi kondisinya lebih jelek karena tidak terkontrol. Tapi bisa juga lebih
baik, masing-masing individu berbeda," ujarnya.
2. Konsultasi ke dokter
Dikatakan dr Wismandari, hal terpenting yang harus dilakukan
pasien diabetes sebelum memutuskan puasa adalah berkonsultasi ke dokter.
Konsultasi ke dokter penting untuk melihat apakah kondisi pasien diabetes
memiliki risiko fatal atau tidak jika berpuasa.
"Puasa kan sebenarnya cuma pindah jam makan saja. Jika
tidak ada komplikasi berat atau masalah lainnya, dokter tidak mungkin melarang
pasien yang ingin berpuasa," ungkapnya.
3. Cek gula darah berkala
Saat puasa, pasien diabetes melitus tipe 2 rentan mengalami
hipoglikemia atau gula darah yang turun secara drastis. Karena itu, pasien dianjurkan
mengecek gula darah secara berkala di sore hari.
"Kalau gula darahnya sudah di bawah 70 atau 60 saat
puasa itu sudah risiko hipoglikemia, dan dianjurkan untuk segera berbuka dengan
minum air gula supaya tidak ngedrop," tutur dr Wismandari lagi.
4. Jadwal makan dan minum obat
Dikatakan dr Wismandari, puasa Ramadan mengubah waktu makan dan
minum obat pasien. Karena itu, perubahan waktu makan dan minum obat harus
diantisipasi agar gula darah tidak naik dan turun secara tiba-tiba.
Baca Juga : Arifin Ilham: Terorisme itu Bukan Jihad
"Kalau puasa, porsi makannya diatur jadi sahur 30
persen, buka puasa 50 persen dan sesudah tarawih 20 persen. Begitu juga dengan
waktu minum obatnya mengikuti waktu makan," lanjutnya.
Sumber : detikcom
Jumat, 26 Mei 2017
HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas!
HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas! |
Pengurus Yayasan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung
menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj
di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (25/5) siang. Mereka datang ke PBNU untuk
meminta klarifikasi terkait pernyataan Kiai Said bahwa Masjid Salman menjadi
tempat radikal.
Baca Juga : Arifin Ilham: Terorisme itu Bukan Jihad
Ketua Pembina Masjid Salman ITB Suparno mengatakan,
pertemuan tersebut merupakan ajang bersilaturrahmi sekaligus untuk menyampaikan
terkait pernyataan Kiai Said yang viral tersebut. "Pertama memang kami
bersilaturrahni dengan beliau. Lalu, Kami juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan
dengan viral di masyarakat akibat penyampaian beliau yang kemudian jadi viral
itu bahwa menyatakan Salman itu sebagai tempat Radikalisme," ujarnya
kepada Republika.co.id di Kantor PBNU, Kamis (25/5).
Menurut Suparno, pihaknya hanya ingin mengetahui apakah dari
pihaknya telah luput dalam mengamati Masjid Salman, sehingga Kiai Said
menyatakan bahwa Masjid Salman merupakan masjid radikal. Namun, kata dia,
setelah pertemuan ternyata Kiai Said mengaku hanya khilaf dan akan mengunjungi
Masjid Salman.
"Namun, rupanya beliau menyadari itu suatu kekhilafan.
Jadi beliau sudah menyampaiakan secara terbuka permohonan maaf. Pada dasarnya
sih bukan pada kami yang hadir, tapi pada semua khususnya intitusi Salman atas
ucapan itu," ucap dosen Fisika ITB tersebut.
Setidaknya ada enam orang pengurus Masjid Salman yang datang
ke PBNU. Mereka menjadi bagian dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Masjid
Salman. Menurut Suparno, dalam melaksanakan kegiatan tersebut pihaknya
merangkul semua golongan dan dalam pengajarannya ditekankan pada logika sebagai
kelompok akademisi.
Ia pun membantah jika Masjid Salman merupakan masjid yang
mengajarkan paham radikalisme. Justru, menurut dia, seyogyanya masjid mempunyai
peran sebagai tempat untuk bersujud kepada Allah, sehingga menjadi simbol untuk
pengabdian kepada Allah.
"Ya suatu radikalisme adalah sesuatu yang dipaksakan
barangkali ya. Ya kami nggak setuju atau tidak menganut laham yang seperti itu.
Bahwa sesuatu itu harus belajar natural atau alamiah yang fitrah-fitrahnya
sudah ditetapkan oleh Allah," kata Suparno.
Seperti diketahui, pernyataan "masjid radikal"
tersebut disampaikan Kiai Said dalam acara peluncuran Pusat Komando dan Kartu
Pintar Nusantara di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/5). Hal ini
diungkapkannya saat menjelaskan bahwa nilai-nilai radikal sudah menyebar ke
sejumlah lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air. "Seperti di ITB, IPB, ITS
dan lainnya. Terutama ITB lewat Masjid Salman," ujar Kiai Said.
Sumber : Republika
Langganan:
Postingan (Atom)