Minggu, 28 Mei 2017

BACA! Rasulullah Selalu Istirahat di Antara Dua Rakaat Shalat Tarawih, Sebarkan!

BACA! Rasulullah Selalu Istirahat di Antara Dua Rakaat Shalat Tarawih, Sebarkan!



JAKARTA -- Rasulullah SAW melaksanakan Tarawih dengan santai. Beliau tidak terburu-buru dan tidak lupa beristirahat. Istirahat atau thuma'ninah sering dilupakan dalam shalat tarawih saat ini. Padahal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Tarawih memang memilki pengertian mengerjakan shalat dengan santai. Setiap dua rakaat, Rasulullah selalu melakukan thawaf. Karena itu, Rasulullah biasanya melaksanakan tarawih delapan rakaat saja ketika bersama sahabat. Selanjutnya, Nabi melanjutkan shalat di rumah. 


Ijtihad dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab terkait jumlah rakaat Tarawih. Pada masa Umar, shalat Tarawih kemudian menjadi 20 rakaat.

"Ini diputuskan karena yang tarawih di luar Masjidil Haram tidak bisa thawaf," kata Ketua Bidang Dakwah Majlis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis.

Menurutnya, Rasulullah kembali shalat tarawih di rumah. Jumlah rakaatnya berbeda pendapat antara para ulama.

Ada yang mengatakan sampai 36 rakaat, bahkan ada yang mengatakan tak terbilang. Namun kini, jumlah rakaat tarawih biasanya ganjil hingga 23 rakaat, termasuk witir.

Selain itu, beragam cara umat Islam melaksanakan shalat tarawih. Ada yang sampai menghatamkan Alquran satu juz disetiap bacaan tarawih. Tak sedikit pula yang cukup dengan ayat pendek. Cholil mengatakan, bagaimana pun istirahat adalah hal yang harus diperhatikan.

"Ya harusnya ada thuma'ninah. Kalau gak ada thuma'ninah dalam masing-masing rukunnya tidak sah," ujar Cholil. Saat ditanya tolak ukur thuma'ninah, menurut Cholil, tergantung kepada adat.


Hanya saja, katanya, ulama mengukur dengan membaca subhana rabbiyal a'ala wa bihamdi tiga kali. "Itu batas minimalnya ya," kata Cholil. Jadi, agar shalat tarawih kita lebih bermakna dan tidak melelahkan, jangan lupa thuma'ninah.


Sumber : Republika

Inilah Kisah Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz, Baca dan Sebarkan!

Inilah Kisah Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz, Baca dan Sebarkan!


JAKARTA -- Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah pahala. Karena itu, tidak jarang umat Islam yang memiliki kelebihan harta selalu berbagi pada yang membutuhkan.

Cerita kedermawanan banyak ditirukan oleh ulama dan para pemimpin Muslim di sepanjang sejarah. Salah satunya, kisah khalifah terkemuka Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz.


Dalam suatu riwayat, Umar bin Abdul Aziz awalnya termasuk pengusaha kaya. Harta halalnya berlimpah karena beliau seorang pedagang sukses yang amanah.

Ia juga mendapat gaji dari baitul mal negara. Saat Ramadhan, semua itu tidak ia simpan sendiri. Ia tak pernah abses berbagi dengan fakir miskin dan orang yang meminta-minta.

Ayub bin Wail ar-Rasibi pernah menyaksikan kejadian menakjubkan tentang beliau. Suatu hari, Ibnu Umar mendapat kiriman harta senilai 4.000 dirham (sekitar 680 juta rupiah) dan satu baju yang ada bulunya.

Keesokan harinya, Ayub bin Wail ini melihat Ibnu Umar di pasar membeli pakan kudanya dengan cara berhutang. Ayub pun keheranan. Ia berpikir Ibnu Umar baru kemarin mendapat uang 4.000 dirham, tapi membeli pakan kuda saja berhutang.

Karena penasaran, Ayub kemudian menemui keluarga Ibnu Umar, ingin tahu apa gerangan yang terjadi. Cerita keluarganya, "Uang itu belum sempat menginap semalam, tapi sudah dibagikan semuanya kepada fakir miskin," kata mereka.

Ibnu Umar hanya mengambil baju yang ada bulunya itu. Ia pun pakai baju itu untuk keluar rumah. Namun ketika pulang, baju itu sudah tidak ada. "Ketika kami tanyakan, beliau sudah berikan baju itu kepada fakir miskin," katanya.

Kisah Ibnu Umar merupakan salah satu kisah kedermawanan yang luar biasa di bulan Ramadhan. Semua sahabat berlomba untuk berbagi dan membahagiakan orang yang membutuhkan.



Abdullah Ibnu Umar RA juga memiliki kebiasaan berbuka puasa bersama anak yatim dan orang miskin. Bahkan, terkadang putra tercinta sahabat mulia, Umar bin Khattab RA, ini tidak berbuka meski sudah adzan Maghrib jika keluarganya belum menghadirkan para fakir miskin di rumahnya.


Sumber : Republika

Sabtu, 27 Mei 2017

Penting! Puasa Sarana Menjaga Hati, Lisan, dan Akal, Baca Sampai Tuntas!


Penting! Puasa Sarana Menjaga Hati, Lisan, dan Akal, Baca Sampai Tuntas!


Terdapat tiga komponen penting pada diri manusia, yakni hati, akal, dan lisan. Tiga komponen ini akan baik jika dirawat dengan baik. Sebaliknya, ketika tidak dirawat, tentu akan menimbulkan malapetaka dan bencana, baik bagi diri maupun orang lain. Karena itu, setiap manusia penting untuk menjaga ketiganya dari penyakit berbahaya.


Penyakit hati adalah menganggap rendah orang lain (takabbur), merasa dirinya adalah yang terbaik ('ujub), riya, pelit (bakhil) hasud, dan lain sebagainya. Penyakit lisan adalah berdusta, berkata kotor, menipu, mengejek, menghina, menggunjing, bersilat lidah, bertengkar, berdebat secara berlebihan, dan lain sebagainya.

Sedangkan penyakit kecerdasan akal adalah percaya diri berlebihan sehingga suka meremehkan, kesombongan intelektual yang menghilangkan akhlaq al-karimah, merasa superior dan berkualitas padahal lemah dan tidak mempunyai apa-apa, dan lain sebagainya.

Setelah bertaubat, obat ampuh untuk mengatasi penyakit hati, lisan, dan akal adalah puasa dan Alquran. Untuk itu, datangnya bulan Ramadhan sudah semestinya menjadi momentum untuk mensucikan diri dari segala penyakit.

Orang beriman senantiasa merindukan datangnya Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami pada bulan Ramadhan," demikian doa yang dipanjatkan. Puasa merupakan ibadah intim seorang hamba kepada Sang Pencipta. Puasa juga merupakan ibadah tertua dalam peradaban manusia, yakni sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW.

Tujuan inti puasa adalah menggapai ketakwaan. Puasa menjadi sarana mensucikan hati dan jiwa agar taat kepada perintah-Nya, sekaligus mengobati dan menjadi terapi kesehatan manusia. Ramadhan merupakan bulan pendidikan rohani yang melatih keuletan, kejujuran, kesabaran serta menjadi pakem menahan gejolak nafsu yang mendorong hamba melakukan dosa dan kesalahan.

Imam Abdurrahman al-Shafury dalam kitab 'Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab al-Nafais' menjelaskan, kata Ramadhan terdiri dari 5 kata, yakni: ra (ridwanullah) berarti keridhaan Allah, mim (maghfirah) berarti ampunan-Nya, dhad (dhimanullah) berarti jaminan keamanan dari Allah SWT, alif (ulfah) berarti kelembutan, dan nun (nawalullah) berarti pemberian dari Allah SWT.


Terdapat banyak penjelasan dari Rasulullah Muhammad SAW terkait keutamaan bulan Ramadhan. Salah satunya yang meriwayatkan bahwa Rasululah mengisi Ramadhan dengan memperbanyak membaca Alquran, memahami dan merenungi kandungannya, serta mengamalkannya.

Man qaraa harfan min kitaabillah fa lahu bihi hasanatun, wal hasanatu biasyri amtsaalihaa. Laa aquulu alif lam mim harfun, wa lakin alifun harfun, laamun harfun, wa miimun harfun.

"Siapa saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu satu huruf."

Dalam riwayat lain, Rasulullah Muhammad Saw bersabda: Kullu amalibni Adam yudhaafu asyrul hasanati ila dhifi sabimiati amtsaalihaa. Qaala Allahu Azza wa Jalla: Illaa ash-Shauma, fa innahu liii wa Ana Ajzi bihi. Yadau syahwatahu wa thaamahu min ajlii. Lis-shaaimi farhataani, farhatun inda fithrihi wa farhatun inda fithrihi wa farhatun inda liqaai rabbihi. Wa lakhuluufu fiihi athyabu indallahi min riihil miski.

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipat-gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan ia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi."

Terkait anjuran untuk merenungkan kandungan Alquran, Rasulullah SAW bersabda: rubba taalin lil quraani, wal quraanu yalanuhu."Banyak orang yang membaca Alquran, tapi Alquran justru melaknatnya."

Sambut Ramadhan, pesan hadits di atas seyogyanya direnungkan sebagai modal membangun karakter (character building) dan merevolusi mental. Ramadhan menjadi momentum mempraktikan nilai-nilai ideal dalam realitas kehidupan hingga tidak tercipta kesenjangan.

Memahami pentingnya kejujuran dengan tidak berbuat curang dan penipuan. Memahami keadilan penguasa dengan tidak korup dan mengeksploitasi alam. Mendakwahkan ayat-ayat Tuhan tanpa mencampurinya dengan syahwat politik kekuasaan.


Ketika seseorang menghendaki hati, lisan dan kecerdasan akalnya memiliki pancaran cahaya yang menyelamatkan, tentunya Alquran adalah pedoman dan pusaka yang paling ampuh. Sedangkan untuk merawat kesucian hati, lisan, dan kecerdasan akal, puasa adalah kunci utamanya.

Marhaban ya Ramadhan. Wallahu a'lam


Faruq Hamdi - Sekretaris Lembaga Bahstul Masail PWNU DKI Jakarta dan Staf Komisi Dakwah MUI Pusat (Sumber: Republika)

Akan Dijauhkan Dari Siksa Kubur Bagi yang Terbiasa Membaca Surat ini di Malam Hari!

Akan Dijauhkan Dari Siksa Kubur Bagi yang Terbiasa Membaca Surat ini di Malam Hari!


Surat Al Mulk atau surat Tabaarok, surat ke-67, surat yang ada di juz ke-29 ini punya banyak keutamaan. Menjadi amalan yang dianjurkan untuk istiqomah membacanya, terutama sebelum tidur. Apa sebabnya? Berikut ulasannya

Telah menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur.


Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih).

Tentu setiap dari kita ingin terhindar dari siksa kubur. Kalau sudah tahu amalan ini bisa mempermudah kondisi kita saat di alam kubur nanti, tentu pada mau merutinkan membaca Al Mulk sebelum tidur, kan? Lebih-lebih kalau mau menghafalnya.

Itu keren banget! Nggak cuma sekedar membaca ya, perlu juga dihayati dan benar-benar hanya mengharap ridho Allah ta’ala saat membacanya. Karena bacaan al qur’an hanya akan memberikan syafaat dan pertolongan atas izin Allah ta’ala semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al qur’an, karena sesungguhnya bacaan al qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia).” (HR. Muslim no. 804).


Supaya mendapatkan keutamaannya dan nggak sekedar menggerakkan bibir, yuk, sama-sama amalkan kandungan isi surat Al Mulk. Semoga kita bisa mendapatkan syafaat-Nya.




Sumber : Wajib Baca

Kamu Harus Tahu! 4 Hal yang Harus Diperhatikan Pasien Diabetes Saat Puasa

Kamu Harus Tahu! 4 Hal yang Harus Diperhatikan Pasien Diabetes Saat Puasa


Jakarta - Mengidap penyakit diabetes melitus bukan berarti tidak bisa berpuasa. Pakar mengatakan dengan persiapan yang baik, pasien diabetes melitus tetap bisa menjalankan ibadah puasa.

"Sekitar 79 persen pasien diabetes melitus tipe 2 akan berpuasa saat bulan Ramadan. Tentunya harus ada persiapan agar ibadah puasa bisa maksimal," tutur dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, FINASIM, beberapa waktu lalu.

Lantas, apa saja yang harus diperhatikan dan disiapkan pasien diabetes jika ingin puasa? Yuk simak empat hal ini:



1. Pengalaman puasa sebelumnya

Diabetes adalah penyakit progresif yang bisa makin memburuk seiring berjalannya waktu, apalagi jika tidak terkontrol. Karena itu pengalaman puasa tahun sebelumnya tidak bisa dijadikan patokan untuk menjalani puasa saat ini.

"Jika tahun lalu aman, tidak berarti tahun ini sama. Bisa jadi kondisinya lebih jelek karena tidak terkontrol. Tapi bisa juga lebih baik, masing-masing individu berbeda," ujarnya.


2. Konsultasi ke dokter

Dikatakan dr Wismandari, hal terpenting yang harus dilakukan pasien diabetes sebelum memutuskan puasa adalah berkonsultasi ke dokter. Konsultasi ke dokter penting untuk melihat apakah kondisi pasien diabetes memiliki risiko fatal atau tidak jika berpuasa.

"Puasa kan sebenarnya cuma pindah jam makan saja. Jika tidak ada komplikasi berat atau masalah lainnya, dokter tidak mungkin melarang pasien yang ingin berpuasa," ungkapnya.

3. Cek gula darah berkala

Saat puasa, pasien diabetes melitus tipe 2 rentan mengalami hipoglikemia atau gula darah yang turun secara drastis. Karena itu, pasien dianjurkan mengecek gula darah secara berkala di sore hari.

"Kalau gula darahnya sudah di bawah 70 atau 60 saat puasa itu sudah risiko hipoglikemia, dan dianjurkan untuk segera berbuka dengan minum air gula supaya tidak ngedrop," tutur dr Wismandari lagi.

4. Jadwal makan dan minum obat

Dikatakan dr Wismandari, puasa Ramadan mengubah waktu makan dan minum obat pasien. Karena itu, perubahan waktu makan dan minum obat harus diantisipasi agar gula darah tidak naik dan turun secara tiba-tiba.


"Kalau puasa, porsi makannya diatur jadi sahur 30 persen, buka puasa 50 persen dan sesudah tarawih 20 persen. Begitu juga dengan waktu minum obatnya mengikuti waktu makan," lanjutnya.



Sumber : detikcom

Jumat, 26 Mei 2017

HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas!

HOT NEWS: Kiai Said Aqil Mengaku Khilaf dan Mohon Maaf, Baca Sampai Tuntas!


Pengurus Yayasan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (25/5) siang. Mereka datang ke PBNU untuk meminta klarifikasi terkait pernyataan Kiai Said bahwa Masjid Salman menjadi tempat radikal.


Ketua Pembina Masjid Salman ITB Suparno mengatakan, pertemuan tersebut merupakan ajang bersilaturrahmi sekaligus untuk menyampaikan terkait pernyataan Kiai Said yang viral tersebut. "Pertama memang kami bersilaturrahni dengan beliau. Lalu, Kami juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan viral di masyarakat akibat penyampaian beliau yang kemudian jadi viral itu bahwa menyatakan Salman itu sebagai tempat Radikalisme," ujarnya kepada Republika.co.id di Kantor PBNU, Kamis (25/5).

Menurut Suparno, pihaknya hanya ingin mengetahui apakah dari pihaknya telah luput dalam mengamati Masjid Salman, sehingga Kiai Said menyatakan bahwa Masjid Salman merupakan masjid radikal. Namun, kata dia, setelah pertemuan ternyata Kiai Said mengaku hanya khilaf dan akan mengunjungi Masjid Salman.

"Namun, rupanya beliau menyadari itu suatu kekhilafan. Jadi beliau sudah menyampaiakan secara terbuka permohonan maaf. Pada dasarnya sih bukan pada kami yang hadir, tapi pada semua khususnya intitusi Salman atas ucapan itu," ucap dosen Fisika ITB tersebut.

Setidaknya ada enam orang pengurus Masjid Salman yang datang ke PBNU. Mereka menjadi bagian dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Masjid Salman. Menurut Suparno, dalam melaksanakan kegiatan tersebut pihaknya merangkul semua golongan dan dalam pengajarannya ditekankan pada logika sebagai kelompok akademisi.

Ia pun membantah jika Masjid Salman merupakan masjid yang mengajarkan paham radikalisme. Justru, menurut dia, seyogyanya masjid mempunyai peran sebagai tempat untuk bersujud kepada Allah, sehingga menjadi simbol untuk pengabdian kepada Allah.

"Ya suatu radikalisme adalah sesuatu yang dipaksakan barangkali ya. Ya kami nggak setuju atau tidak menganut laham yang seperti itu. Bahwa sesuatu itu harus belajar natural atau alamiah yang fitrah-fitrahnya sudah ditetapkan oleh Allah," kata Suparno.


Seperti diketahui, pernyataan "masjid radikal" tersebut disampaikan Kiai Said dalam acara peluncuran Pusat Komando dan Kartu Pintar Nusantara di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/5). Hal ini diungkapkannya saat menjelaskan bahwa nilai-nilai radikal sudah menyebar ke sejumlah lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air. "Seperti di ITB, IPB, ITS dan lainnya. Terutama ITB lewat Masjid Salman," ujar Kiai Said.



Sumber : Republika